tag:blogger.com,1999:blog-62311643471362378122024-03-05T13:20:54.089-08:00Kumpulan Cerita Sex 2018riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-38543877941516927672018-12-17T10:49:00.000-08:002018-12-17T10:50:13.434-08:00Kumpulan Cerita Sex Toket Pembantu Baruku yang Menggairahkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimt35xgfdthGxDiGjj1BguaLXXY97RgjE9OgboO32CO3JXZJcCP1cS__t3TY4fxWyb0m4YinRNrg-uJFzD8Cr5dOQjpdXTBDW9xQMbHJ5hgPrGtb6ffiw9ey5JXzmQVoCjfWlyReg-ZO9b/s1600/1484078155_24.05.16+-+1.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="319" data-original-width="356" height="572" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimt35xgfdthGxDiGjj1BguaLXXY97RgjE9OgboO32CO3JXZJcCP1cS__t3TY4fxWyb0m4YinRNrg-uJFzD8Cr5dOQjpdXTBDW9xQMbHJ5hgPrGtb6ffiw9ey5JXzmQVoCjfWlyReg-ZO9b/s640/1484078155_24.05.16+-+1.gif" width="640" /></a></div>
<a href="http://bit.ly/2BoZyEc">Kumpulan Cerita Seks</a> – Hari Minggu siang ini aku sedang santai membaca buku John Perkins tentang the Convession of Economic Hitman, ketika aku mendengar suara mobil istriku berhenti didepan garasi. Suaranya yang nyaring itu, terdengar ketika ia memanggil pembatuku untuk membuka pintu garasi. Aku melongokkan kepalaku kearah garasi ketika dia masuk dengan membawa bebarap kantung belanjaan.<br />
<br />
“Inah, masukkan barang-barang ini ke kulkas segera ya..” perintahnya kepada pembantuku. Inah adalah pembantuku satu-satunya, setelah kemarin Warni minta ijin untuk berhenti karena mau dikawinkan oleh kedua orang tuanya.. Tak lama kemudian istriku datang menghampiriku yang sedang santai membaca sambil nonton acara TV.. “Pa ini pembantu baru yang gantiin si Warni, aku baru ambil dari yayasan di Depok. Namanya Siti pa,” jelas istriku.<br />
<br />
Dibelakangnya berjalan dengan kepala tertunduk si pembantu baru ini. Sosok tubuhnya cukup tinggi, dengan wajah yang mencerminkan gadis dari desa dan perawakan yang cukup bagus. Yang membuat aku agak memberikan perhatian lebih lama adalah bongkahan daging yang sangat menonjol didadanya itu. Aku memang gak bisa menahan diri, jika melihat buah dada yang membusung seperti itu. Wah enak nih kalau bisa meremas dan mengulum buah dada seperti ini, pikirku..<br />
<br />
“Umurnya baru 20 pa, tapi dia dah pengalaman jadi TKW ke Arab,” jelas istriku. “Ini bapak ya Ti, kamu mesthi layani Bapak dengan baik lho..” “Iya bu, saya akan lakukan,” jawabnya sambil tetap menundukkan kepalanya, sehingga membuatku lebih leluasa untuk mengamati tonjolan buah dadanya yang bulat itu. “Ya sudah sana,” kataku, “kamu bantu Inah di belakang. Yang penting kamu kerja yang baik.”<br />
<br />
“Iya pak, terima kasih saya boleh kerja disini..” sahutnya sambil membalikkan badan dan berjalan kearah dapur. Sempat aku perhatikan perawakannya dari belakang, ternyata dia punya pantat yang cukup bundaar dan sekal, paha dan betisnya sangat bagus bentuknya walau kulitnya tidak terlalu putih. Ini jenis body yang sangat membangkitkan selera nafsu birahiku. Tak terasa adikku sudah mulai bangun dan menggeliat ketika membayangkan pembantu baruku tanpa sehelai benang ditubuhnya.. Aaaargghh….!!!<br />
<br />
Pekerjaanku sebagai konsultan lepas untuk beberapa perusahaan membuatku lebih sering berada dirumah, dan mengerjakan segala sesuatunya dirumah. Aku keluar rumah ketika ada klien atau mitra yang harus kutemui, selebihnya aku lebih senang menghabiskan waktuku dengan bermain bersama anak-anaku. Sehari-hari setelah mengantar anak-anakku kesekolah, aku kembali kerumah dan mulai mengerjakan tugas-tugasku .<br />
<br />
Aku sedang diruang kerjaku menulis analisa tentang perusahaan telekomunikasi A yang merupakan kompetitor dari klien utamaku, ketika Siti melewatiku dengan membawa peralatan pembersih, “Permisi pak, mau bersihin kamar dan kamar mandi Bapak..” jelasnya lirih sambil menundukkan kepalanya. Kupandangi wajahnya yang masih tetap menunduk, an kemudian turun kedadanya yang membusung, padat dan tegak.<br />
<br />
“Kamu umur berapa sih sekarang Ti?” tanyaku sambil tetap tidak melepaskan pandanganku dari dadanya. “Saya mau 21 tahun pak, tahun ini,” jawabnya sambil masih tetap menundukkan kepalanya. “Kamu dah kawin ya,” tebakku sambil bersuara agak tegas, walau ngakunya pada istriku masih gadis. “Jangan bohong kamu sama aku ya..” tegasku. Dia makin menundukkan kepalanya dan kemudian menjawab lemah, “Sudah pak, tapi jangan bilang ibu ya pak, saya sangat butuh banget kerjaan ini pak. Anak saya sangat perlu uang untuk beli susu dia pa..” “Ya sudah, sana.. Tapi kerja yang baik dan nurut disini ya, sama aku.. Jangan bantah..<br />
<br />
Tolong klosetnya jangan lupa kamu gosok yang bersih, ya Ti..” kataku, sambil tak lepas menatap dadanya yang nampak lebih membusung hari ini dengan kaus oblong putih yang agak kekecilan itu.. “Makasih pak, saya akan nurut bapak, tapi jangan bilang ibu ya pak..” pintanya lirih. He….he…he.. ada kartu truf ni buat aku untuk muasin sikecil yang sudah mulai tegak.. Oke untuk hari ini kamu aku biarkan lolos dari incaranku, sambil mulai memikirkan cara untuk dapat menikmati tubuhnya, terutama dadanya sang sangat tegak, padat dan sekal itu..<br />
<br />
Pagi itu aku sedang mengetik kerjaan didepan komputer ketika Siti lewat untuk membersihkan kamarku.. Hemmhh.. Masiih dengan kaus yang agak ketat, dadanya tampak sangat membusung dan menggairahkan.. “maaf pak mau bersihkan kamar dan kamar mandi bapak..” pintanya sambil masih menunduk.. “Ya sudah sana,” jawabku sambil tak lepas menatap buah dadanya yang indah..<br />
<br />
Aku melanjutkan pekerjaanku sambil memikirkan cara yang tepat untuk menikmati buah dada pembantu baruku ini.. Ketika kudengar dia memasuki dan membersihkan kamar mandiku, aku segera bangkit dan menyusul masuk ke kamar mandi.. “Ti tolong kamu potongi bulu rambut yang ada ditelingaku ini ya.. Hati-hati tapi kamu, jangan sampai luka..” kataku. Dengan hati-hati dia mulai memotongi rambut di telingaku, dan dengan sengaja kuangkat sikuku, sambil berpura-pura meringis kesakitan, hingga menyentuh tonjolan didadanya..<br />
<br />
Dia agak mundur sedikit, tapi kembali sikuku mengejar buah dada yang kesat itu. Wah masih padat dan kenyal sekali, sehingga adikku mulai tegak.. Ketika kusuruh dia pindah kekuping kiriku, sekarang dengan telapak tanganku kananku kusentuh, kutekan, dan mulai kuremasi buah dada yang sudah beberapa hari ini menghantuiku.. Dia menjauhkan tubuhnya dan berhenti memotong rambut kupingku.. “Paakk, jangan pak..”pintanya lemah.. Tapi aku segera menghardiknya “Ayo, lanjutkan motongnya!!!” Dengan takut-takut dia melanjutkan kegiatannya dengan hati-hati, dan kembali aku menjulurkan telapak tanganku untuk meremas dadanya.<br />
<br />
Meski dia berusaha menghindar tapi aku malah berusaha untuk memasukkan tanganku kebalik kaus ketatnya, dan akhirnya berhasil kusentuh dan kuremas dengan nikmat buah dadanya yang sebagian lagi masih tersembunyi dibalik BHnya. “Pakk, jangan pakk.. nanti dimarahin ibu pakk…”pintanya lirih sambil berusaha lari keluar kamar mandi.. Karena takut nanti dia berteriak, akhirnya ku biarkan di keluar dari kamar mandi.. Uhh… ini buah dada yang terkenyal dan terpadat yang pernah kurasakan… Awas kamu nanti Ti, janjiku pada diriku sendiri.. Aku harus bisa menikmati lebihhh…..<br />
<br />
Biasanya anak-anak memang tidak tidur bersama aku dan istriku..Dan Siti setiap malam tidur dikamar tidur anakku, dan menemani mereka ketika mereka tidur dikamar itu.. Tapi malam itu anak-anak tidur dikamarku, jam 21.00 mereka sudah terlelap dikeloni oleh istriku. Aku masih didepan komputer, ketika kudengar suara langkah kaki Siti menaiki tangga dan masuk kekamar anakku..<br />
<br />
Ah.. malam ini aku harus menikmati lagi kenyalnya buah dada si Siti pikirku.. Tiga jam kemudian, setelah yakin istriku lelap dalam tidurnya, aku mengendap-endap mendekati kamar anakku dan menempelkan kupingku kepintu.. Aku yakin Siti sudah tidur, karena dari dalam kamar anakku hanya suara desis AC saja yang terdengar.. Kunci pintu kamar anakku memang sengaja aku sembunyikan, sehingga dengan leluasa aku masuk dan segera menutup kembali pintu..<br />
<br />
Kulihat Siti tidur dengan nyenyaknya, dan dada yang membusung itu nampak dengan jelas dibalik setelan dasternya yang longgar.. Kucoba untuk membuka kancing atas dasternya, ternyata dia tidak mengenakan BH malam ini.. Waaahh….pucuk dicinta ulam tiba, pikir ku.. Setelah lima kancing terbuka semua, maka menyembullah buah dada yang bulat dan tegak.. Aku yakin ukurannya tidak kurang dari 36c, dan yang membuatku tambah terangsang karena buah dadanya tetap tegak kencang walau dia dalam posisi telentang.. Kutangkupkan telapak tangan ku pelan-pelan diatas dada indah itu, dan pelan-pelan aku mulai meremasnya.. Wahhh adikku sudah mengeras dengan cepatnya, dan nafsuku makin tak tertahan..<br />
<br />
Segera kuhentikan remasanku, ketika dia bergerak hendak pidah posisi walau masih dalam keadaan tidur. Ternyata posisinya malah makin membuatku spaneng.. Sekarang dia telentang sepenuhnya, dan kedua kakinya membuka agak lebar, dengan buah dadanya membusung tegak tanpa tertutupi daster atasnya yang telah kubuka kancingnya.. Aku sudah tak dapat menahan lagi nafsuku yang memuncak, segera kuaposisikan kedua lututku diantara kedua pahanya dan kutindih dia seraya mulutku tanpa basa-basi lagi segera mengulum dan mengisapi buah dadanya..<br />
<br />
Siti terbangun tapi masih belum sadar apa yang terjadi, dan ketika kesadarannya pulih keadaan sudah terlambat karena buah dadanya sudah sepenuhnya tenggelam dalam kuluman mulutku dan kedua tanganku segera menahan kedua tangannya yang hendak mendorong kepalaku.. Ahhhhh memang enak benar susu pembantu baruku ini.. Benar-benar kenyal dan padat sekali, pantas tetap tegak walau dia dalam posisi telentang dan tanpa penyangga apapun.. Inilah buah dada yang selama ini kuidam-idamkan.. Mulutku tak henti mengulum dan mengisap susu Siti, putingnya kekecap-kecap dengan lidahku..<br />
<br />
Awalnya Siti masih berusaha memberontak, tapi ketika kukunci pinggangnya dengan pinggangku yang berada diantara kedua pahanya, dan kedua tangannya kutahan dengan tanganku, akhirnya dia pasrah dan mengendurkan pemberontakannya.. Aku makin menggila dan mulutku makin gencar menghajar kedua buah dadanya bergantian.. Nampaknya dia tak bisa menghindar dari rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, sebab matanya muai memejam dan dia seakan menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan itu.. Nafsuku juga makin memuncak melihat ekspresi wajahnya yang mencoba menahan rangsangan yang timbul, dan akhirnya aku coba untuk menarik celana pendek longgar yang dia kenakan sedikit..<br />
<br />
Dia menahan tanganku yang mencoba menarik turun celana pendeknya, tapi segera kutingkatkan serangan mulut dan lidahku pada buah dada yang membuncah itu. Dari susunya yang kanan, aku berpindah lagi kekiri dan terus tidak berhenti, sambil kembali aku berusaha menarik turun celana pendeknya.. Akhirnya dengan masih tetap menindihnya aku berhasil menarik turun celana pendek sekaligus celana dalamnya hingga ke pergelangan kakinya, dan akhirnya lepaslah celana itu dari tubuhnya.. Yeessss….. terpampanglah tubuh bugil pembantu baruku tetap dibawah tindihanku, dan masih juga mulut dan tangan ku bergantian menghajar kedua buah dadanya tanpa henti..<br />
<br />
Kuhentikan sebentar kegiatanku dengan masih dalam posisi dimana aku duduk diantara bentangan pahanya yang sudah telanjang, dan mulai aku melepaskan kaus dan celana pendek dan celana dalam hingga akhirnya aku dalam keadaan telanjang bulat.. Siti nampak kaget dan agak ketakutan melihat kelakuanku, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena aku masih tetap mengunci posisinya dibawahku.. Aku mulai lagi mengulum susu Siti bergantian kiri kanan, sambil menindihnya aku mulai menempatkan kontolku tepat diatas vaginanya..<br />
<br />
Sambil meningkatkan seranganku pada susunya, kontolku yang sudah mengeras dengan sempurna kutekankan pada mulut vaginanya.. “Paakkk….jangaaann paaakkk….” keluh Siti agak lirihhh.. Nafsuku yang sudah diubun-ubun membuatku gelap mata dan tak menghiraukan desah lirihnya.. Kupegang kontolku dengan tangan kananku, dan mulai kutekankan kemulut vaginanya pelan-pelan.. “Aaahhhh …..sakiiiittt paaakkkkk..” jerit Siti lirih dengan berusaha menggeser pinggangnya kekiri menghindari tekanan kontolku dimulut vaginanya..<br />
<br />
“Udah Ti jangan gerak-gerak lagi…” bujukku pelan, sambil kembali menempatkan kontolku pada posisi yang tepat dimulut vaginanya dan kebali kutekan hingga masuk kepalanya saja.. “Addduuuhhh paakk… sakkiiitt paakk..” Kembali Siti hendak menggeser pinggangnya, dan segera aku menahannya sambil sedikit membentaknya dengan galak “Diaamm aja kamu Ti…” Dengan ketakutan akhirnya dia menghentikan usahanya untuk menggeser pinggangnya, dan dengan nikmatnya kembali aku menekankan kepala kontolku kedalam mulut vaginanya.. Yeeessss…. mulai masuk setengahnya, rasanya luar biasa enaakkk..<br />
<br />
Kulihat dia memejamkan kedua matanya dan gigi atasnya menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan nikmat ketika kontolku yang berdiameter 5 cm dan panjang 16cm mulai menyeruak makin kedalam… Akhirnya dengan sentakan yang agak kuat akhirnya kontolku masuk sepenuhnya kedalam vagina Siti… Ahhhh.. Benar-benar nikmattt cengkraman vagina Siti, dia mengejan menahan rasa sakit ketika seluruh batang kontolku masuk menghunjam kedalam vaginanya… Rasa-rasanya seperti dipijat dan disedot-sedot.. Akhirnya pelan-pelan aku mulai menggerakan kontolku mundur separo, berhenti sedetik dan mulai maju lagi hingga habis tenggelam dalam cengkeraman nikmat vagina Siti..<br />
<br />
Kutingkatkan pelan-pelan kecepatan gerakan maju-mundurku, dan nampaknya Siti mulai merasakan nikmat yang luar biasa ketika batang kontolku menggesek bagian dalam vaginanya.. Rasa sakit ketika kontolku yang besar habis tenggelam dalam vaginanya, mulai tergaintikan dengan rasa nikmat tadi… Mulai kupacu keras dan cepat hunjaman batang kontolku kedalam vaginanya..”Adduhh… ppaaakkk…” desahnya lirih yang makin meningkatkan nafsuku, sehingga sambil tetap mengayunkan batangku kembali kedua susunya menjadi bulan-bulanan mulut dan tanganku.. “Aaahhhh ….. ini bener-bener enak Ti…” kataku…<br />
<br />
Setelah lebih 15 menit aku mengayun dengan kecepatan yang bervariasi, akhirnya kuhentikan ayunanku dan kulepaskan kontolku dari cengkeraman vaginanya yang luar biasa peret… “Ayo kamu telungkup dan agak nungging Tii..” perintahku agak galak, sambil membantunya telungkup dan menarik agak keatas pantatnya yang sekal, indah, dan membulat itu.. Kuposisikan kembali kontolku yang masih keras kearah mulut vaginanya, dan “…bblleesss…” suara itu mengiringi amblesnya lagi batang kontolku kedalam vagina Siti.. Dan kembali rasa seperti disedot dan dicengkeram otot-otot vagina Siti yang kencang dan masih sempit itu melanda seluruh rangsang syarafku.. Mungkin dia kembali mengejan untuk menahan rasa sakit yang masih terasa dari sodokanku kedalam vaginanya…<br />
<br />
Pelan kembali kuayun pinggangku kedepan dan kebelakang, sambil tanganku menahan dan meremas pantat Siti yang bulat, sekal, dan padat itu.. Pemandangan itu membuat nafsuku makin kuat, apalagi ketika melihat susunya terayun-ayun tegas mengikuti ayunan pinggangku ke pantat sekalnya, serta erangannya ketika aku menekan habis batang kontolku kedalam vaginanya.. “Aaahhhhh….aahhhhh…. paak sudaaahhh…. paakkk….”erangnya lirih… Justru erangannya menambah nafsuku untuk menghajar dengan cepat dan kuat pantat dan vaginanya, dan kembali kuremas-remas susunya dari arah belakang… Luaaarrrr…biaaassaa……… ..!!!!!!!!!!!<br />
<br />
Setelah lebih dari dua puluh menit aku menghajar pantat dan vaginanya dari belakang, sambil meremas-remas susunya yang indah, aku lepaskan lagi batang kontolku dari cengkeraman vaginanya yang masih erat dan kuat pelan-pelan.. AAHhhhh.. benar-benar nikmat.. Kembali kubalikan tubuh Siti telentang dan kuangkat kakinya sedikit keatas, kembali kudekatkan batang kontolku yang masih keras kemulut vaginanya… Siti sudah benar-benar pasrah dan membiarkan aku mengatur seluruh posisinya dalam persetubuhan ini, walau masih terdengar kembali erangan lirihnya memintaku menyudahi permainan nikmat ini.. “Paakk….suudaaahh ..paakkk..” <a href="http://bit.ly/2DjCytF">Main Judi Online Klik Disini</a><br />
<br />
Kuacuhkan permintaannya, dan kembali kuhantamkan batang kontolku kedalam vagina peret dan seret itu.. Ayunanku semakin cepat dan kadang bervariasi dengan ayunan pelan, tiada henti dengan diiringi erangan dan desahannya bercampur dengan suara indah beradunya pangkal kontolku menghantam pangkal pahanya “..plookkkhh…ploookkkhhh…” Pemandangan ayunan tegas kedua susu Siti, seirama dengan ayunan pinggangku, membuat nafsuku memuncak cepat..<br />
<br />
Apalagi cengkeraman otot vagina dan raut wajahnya yang mengejan menahan rasa sakit dan rangsangan yang timbul, membuatku tak dapat menahan lagi untuk meremasi dan mengulumi kembali kedua susunya.. Kadang kugigit kecil karena tak mampu menahan rasa nikmat dan gemasku atas kekenyalan susunya.. Akhirnya setelah lebih dari 20 menit dalam posisi MOT, rangsangan itu memuncak dan kepala kontolku terasa luuaar biiaasssaa nikmat..<br />
<br />
Gerakan ayunanku semakin cepat dan akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagii, persis ketika air maniku sampai diujung mulut kontolku, segera kutarik keluar dan kumuntahkan air maniku diatas perut, dada busung, dan sebagian wajahnya..”croott..crooot…cr oottttt…crrrooottt thhh ….” ”Aaahhhh….. niikmmaaaaaaatttttt……”eran gku tak dapat menahan rasa luar biasa yang timbul ketika air maniku keluar deras menyemprot perut, dada, dan wajahnya… Setelah habis air maniku keluar, aku rebahkan diriku disamping tubuh Siti yang lemah tergolek telentang setelah kugarap hampir satu jam penuh..<br />
<br />
Dia segera menarik selimut yang tergeletak disampingnya, dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut itu.. Sepintas sempat kulihat dia menitikkan air mata, dan suara tangis yang ditahannya beradu dengan napasnya yang tersengal.. “Udah Ti, gak usah nangis segala..” kataku, seraya mengenakan celana dalam dan pakaianku.. Dia berusaha menahan tangisnya, dan segera kutinggalkan kamar anakku kembali ke kamar kerja untuk mematikan komputer dan masuk kekamar tidurku..<br />
<br />
Kulihat istri dan anakku masih tertidur dengan nyenyaknya, kala kulihat jam telah menunjukkan pukul 1.. Kurebahkan diriku disamping anakku, dan kucoba untuk tidur.. Tapi kenikmatan yang baru saja kurasakan masih membayang jelas dalam pikiranku, dan menghalangiku untuk segera tidur.. Kapan-kapan aku harus mengulanginya lagi, pikirku…<br />
<br />
CeritaPanas,Cerita Bokep,Cerita Ngentot,Cerita Dewasa,Cerita Seks,Cerita Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Mesum, <a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bandarjudi303</a>riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-65458742061113560652018-10-17T01:42:00.003-07:002018-11-24T10:31:37.042-08:00Kumpulan Cerita Sex Nikmat Nya Kusetebuhi Istri Muda Yang Sexy<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFBQ9LbR8_pYG60exjIOUYT7jdpN4lB_5pcLUilaWZWsrHt14go9sJOv0z6m3Vuet0ABXg64dnSQuFnXm8jUV1vOFT6P0Pa1rgtvI4IcNAnWz2c6Kiuf_x56EVDDIkTPoNuVLOAoztsxFM/s640/40052642_2134613566801366_239749781135946345_n.jpg" width="640" /></a></div>
<b><span style="color: red;"><br /></span></b>
<b><span style="color: red;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Kumpulan Cerita Sex 2018</a> - </span>C</b><span style="background-color: white; font-family: "montserrat" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 15px;">erita seks dewasa ini dengan pelan agar bisa merasakan sensasi yang sangat teransang dan bergairah. Saya ingin menceritakan pengalaman seks saya 8 tahun yang lalu, sekarang saya sudah berumur 22 tahun.</span><br />
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Seharian ini aku tidak karuan bekerja, suntuk benar rasanya hari ini, seharian dimarahi melulu sama boss karena kerjaanku salah terus, “Teeet…” bel pulang sudah berbunyi, kesempatan ini tidak kusia-siakan, “langsung ngacir”. Sore itu cuaca masih mendung karena sebelumnya hujan mengguyur dengan sangat deras. Aku berjalan keluar halaman kantor, kulihat jalanan sebagian tergenang air.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aku berdiri di trotoar jalan menunggu angkutan umum. Hari ini memang aku tidak naik motor karena motorku sedang ada di bengkel. Entah kenapa hari ini aku sial terus dari rumah pas mau kerja motorku mendadak ngadat tidak mau distater. Sial, mana hari ini aku pagi-pagi sekali harus sudah menyerahkan laporan bulanan kepada boss. Sial benar-benar sial.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Saat aku asik melamunkan kesialanku hari ini, tanpa sadar tiba-tiba sebuah Baleno warna silver metalik melintas di depanku dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba… “Craaassshh…!” air genangan menyemprot ke seluruh tubuhku, mukaku, baju, celanaku semuanya basah kuyup. Shiit, sekali lagi shiit, lengkap sudah kesialanku hari ini. Aku memaki-maki tidak karuan. Tiba-tiba Baleno itu berhenti beberapa puluh meter dari tempat aku berdiri dan langsung mundur menuju ke arahku. “Cari penyakit,” gerutuku. Aku sudah bersiap-siap mau mendampratnya jika orangnya keluar, paling tidak kumaki-maki dulu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Urusan maaf-memaafkan belakangan. Aku sudah bersiap-siap ketika pintu Baleno itu terbuka, aku terkejut ketika sebuah kaki indah terbungkus sepatu kets menapak di aspal yang basah. Sesaat kemudian munculah mahluk yang menurutku sangat cantik. Tingginya kira-kira 165 cm, kulitnya putih, kalau ditaksir-taksir umurnya sekitar 35-an, tetapi penampilannya modis sehingga tidak terkesan dewasa, tapi yang paling menarik perhatianku adalah bentuk bodinya yang sangat proporsional, “Gitar Spanyol Cing”. Terbalut kaos ketat lengan cekak warna abu-abu dan legging warna hitam selutut menambah tonjolan-tonjolan tubuhnya semakin nampak nyata, sampai-sampai aku meneguk air liurku, “Glek.. glek,”.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“M.. ma’af Mas…” katanya menyadarkan aku dari kekagumanku.<br />
“Oh oh… tidak pa.. pa..” sahutku (kok jadi aku yang gugup bathinku “).<br />
“Maafkan saya Mas, saya tidak segaja.. lagi ngelamun jadi tidak sadar kalo ada orang,” ujarnya menjelaskan.<br />
“Mas mau pulang..? tambahnya lagi.<br />
“Ii.. iya…” jawabku.<br />
“Oke.. sebagai pernyataan maaf saya, gimana kalo mas saya antar pulang. Ayo mari masukMas!” pintanya tanpa menunggu persetujuanku.<br />
Wah kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan nih.<br />
“Bagaimana ya…” kataku.<br />
“Please… ” katanya.<br />
Tanpa ba bi bu lagi aku langsung masuk ke Balenonya yang langsung meluncur.<br />
“Ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan, saya.. Conny,” katanya memecah kekakuan.<br />
“Saya Irwan, Mbak,” timpalku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ternyata Mbak Conny enak diajak ngomong tentang apa saja, orangnya supel. Dan sampai aku juga tahu bahwa ia adalah istri kedua dari salah seorang pengusaha sukses yang meninggal karena kecelakaan mobil setengah tahun lalu. Menurut dia suaminya dibunuh karena persaingan dengan seteru bisnisnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Maaf Mbak, kalau saya mengingatkan,” kataku.<br />
“Tidak.. papa Wan,” sahutnya.<br />
“Wan kamu tidak papa kan ke rumah Mbak dulu. Mandi dulu ya, nanti setelah itu baru kita ke rumah kamu gimana?”<br />
“Terserah Mbak deh,” kataku mengiyakan.<br />
Kami tiba di rumahnya di salah satu kawasan pemukiman elit yang terkenal. Wah ternyata rumahnya cukup besar dan asri.<br />
“Masuk Wan!”<br />
“Makasih Mbak.”<br />
.”Wan kamu mandi dulu ya,” katanya sambil menunjukkan kamar mandi.<br />
“Nanti Mbak siapkan pakaian untukmu, kan baju sama celana kamu basah, biar di cuci di sini saja, Mbak juga mau mandi dulu.”</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kulepas semua pakaian sehingga sekarang aku sudah telanjang dan siap untuk mandi. Iseng aku mengingat Mbak Conny yang aduhai tanpa sadar “si Jonny” tiba-tiba mengeras. Aku membayangkan jika Mbak Conny mengatakan, “Wan, maukah menyenangkan Mbak?” Kurasakan “si Jonny” semakin keras seiring imajinasiku tentang Mbak Conny wajah cantiknya, kulit putihnya yang halus mulus tanpa cacat, dua gunung kembarnya yang ukuran 34 dan pantatnya yang besar. Kukocok-kocok batang kemaluanku, sementara khayalanku dengan Mbak Conny semakin menjadi-jadi, dan tiba-tiba “Cklok…” pintu dibuka, aku terkejut tanpa bisa berbuat apa-apa. Tadi aku lupa mengunci pintu kamar mandi, ternyata Mbak Conny sudah berdiri di hadapanku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Maaf Wan, aku lupa ngasih handuk ke kamu.”<br />
“Oh iya Mbak,” kataku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Mbak Conny tidak langsung pergi ia tertegun melihatku telanjang bulat dan sekilas kulihat ia melirik batang kemaluanku yang dari tadi sudah tegang. “Mbak mau mandi berdua denganku?” tanyaku asal. Mbak Conny tidak menolak dan juga tidak mengiyakan, naluri kelelakianku mulai jalan, kutarik lembut tangannya ke dalam dan kukunci pintu kamar mandi, tanpa menunggu reaksinya lebih lanjut kusentuh wajahnya dengan lembut, “Mbak cantik sekali,” aku mulai melancarkan rayuan, “Masa sih Wan, Mbak kan sudah 30 lebih, kamu bisa saja.”</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kucium pipinya dengan lembut lalu bergeser ke bibirnya yang seksi. “Wan!” keluhnya lirih, “Mbak saya sangat mengagumi Mbak,” bisikku lembut di telinganya, sambil kuletakkan tanganku melingkari lehernya. Kembali kukecup lembut bibirnya, kali ini dia membalas dengan hangat, beberapa saat adegan cium itu berlangsung, tanganku mulai “bergerilya”, kuusap punggungnya, terus turun ke bawah, ke bagian pantatnya, kurasakan bongkahannya masih sangat padat, kuremas-remas dengan lembut. Kali ini ia yang melingkarkan tangannya ke pinggangku, semakin erat, kurasakan gunung kembarnya menggencet dadaku kenyal dan lembut kurasakan.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kami semakin bernafsu, batang kemaluan yang sudah dari tadi tegang tambah kurasakan berdenyut-denyut. Kurasakan aku semakin terangsang, segera saja kubuka baju mandi Mbak Conny. Terlihatlah pemandangan yang sangat indah, aku terdiam sejenak mengagumi keindahan tersebut, kulihat payudaranya yang besar dan masih kencang. Kutelusuri semua bagian tubuhnya tanpa ada bagian yang terlewatkan, sampai pada “area kenikmatan” Mbak Conny. Aku semakin terangsang karena pussy Mbak Conny mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Kali ini langsung kuserbu payudaranya, kuraba-raba sambil terus kissing sambil sesekali terdengar rintihannya, “Ohhh… Wan mhmmm…” kujilati kupingnya terus menjalar ke leher, dada, dan sampai ke payudaranya, kujilat, kumainkan putingnya dengan lidahku, aku semakin bernafsu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="589" data-original-width="562" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn-niKEc9QOwATMAPCH0qPfuAIxkhsG7pdwrQEQo3vJvNxFEd3aP06DTssnfW338GLryj54luYjyDv8YfKTo4qow6-q2E-HD9AT2aL8boAw4awKSQ_QU6h5oKigY0J4-i8QYQ_L_uvjvsg/s640/28.JPG" width="610" /></a></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Waaan, ohhh…”<br />
“Hmmm, Mbak… Mbak cantik sekali.”</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kali ini tangannya mulai kurasakan lebih aktif, dirabanya punggungku turus turun ke pantatku kemudian ke depan mencoba meraih batang kemaluanku dipegangnya dengan lembut, dikocoknya pelan-pelan sambil berkata, “Wan, punyamu lumayan besar juga. Mbak mau merasakannya Wan… ohhh,” kembali erangannya terdengar karena aku masih sibuk memainkan pentil payudaranya dengan ujung lidahku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Mulai bosan dengan payudara, kuangkat badannya, kududukkan ke pinggir bak air. Kembali aku menjilati perutnya, kukukek-kucek liang pusatnya masih dengan ujung lidahku, terdengar kembali erangannya lebih keras, “Ooouhhh… hmmm… ahhh…” mungkin Mbak Conny sudah terangsang hebat. Keadaan ini tidak kubiarkan langsung kuarahkan lidah ku ke arah belahan pussy tanpa bulu yang indah sekali, tercium olehku bau khas kewanitaannya. Aku semakin bernafsu kujilati pussy Mbak Conny yang sudah mulai basah dengan lendir kumainkan ujung lidahku menelusuri setiap millimeter dari “benda enak gila” itu. Tubuh Mbak Conny semakin terguncang hebat menikmati permainan lidahku, nafasnya memburu, sudah tidak beraturan lagi sambil terus mengerang, “Oouuussshhh aaahhh,” merintih tidak karuan keenakan.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ujung lidahku masih menempel pada benda enak milik Mbak Conny kali ini bagian terakhir yang akan kugarap. Benda sebesar biji kacang yang terletak di atas lubang pussy-nya. Hoooaah, hmmm hhhh ooouuhhh, Wan terus sayang terus… terus… Ouuhh uuhhh terus…” Kali ini Mbak Conny pasti hampir mencapai puncak gunung kenikmatannya, dan aku terus saja memainkan lidahku dengan ganas di liang pussy-nya yang semakin banjir oleh cairan kewanitaannya yang nikmat di lidahku. Sampai suatu saat ia menjabak rambutku, dan menekan kepalaku ke selangkangannya seakan-akan jangan sampai lepas. “Ooouuhn mmm ohhh.. ohhh, Wan terus Wan… Mbak mau keluarrhh…” sampai suatu sentakan hebat akibat kontraksi otot-otot badannya yang menegang. “Waaan Mbak keluaaar hhh…”<br />
Beberapa saat badannya masih tersengal-sengal, sambil berkata padaku,</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Wan makasih, kamu hebat, Mbak sudah lama tidak merasakannya sejak suami Mbak meninggal.” “Sama-sama Mbak, saya juga sangat menikmatinya, saya suka sama Mbak,” ujarku.<br />
“Kali ini giliran kamu ya, Wan. Sekarang kamu duduk di pinggir sini,” katanya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di kecupnya bibirku, dilumatnya, lidahnya sengaja dimasukkannya menjalari seluruh rongga mulutku sambil sesekali menghisap lidahku, kali ini aku sedikit tidak menguasai keadaan, tangan Mbak Conny masih terus memegang batang kemaluanku sambil terus mengocoknya,</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Ooohhh…” kali ini aku yang dibuatnya mengeluarkan suara keenakan.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ah, lidahnya sudah hampir di puting susuku, dimainkannya lidahnya yang membuat sensasi tersendiri. “Aahhh… enak gila,” sambil terus mengocok batang kemaluanku. Mbak Conny terus menjilati bagian tubuhku sampai akhirnya dia menjilati kepala kemaluan. Dia terus memainkan lidahnya menjilati, kepalanya, batangnya, biji kemaluan tidak luput dari sasaran lidahnya. “Ahhh, Mbak… enak Mbak ahhh…” Mendengar rintihanku dia memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya, “Ooh… terus Mbak…” pintaku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Turun-naik kepalanya mengisap batang kemaluanku sampai keadaan dimana aku merasakan kejang dan batang kemalaunku berdenyut-denyut sangat hebat, “Ooohhh… ohhh… aku hampir keluar Mbak…” Semakin ganas kepalanya turun-naik, semakin mempercepat kocokan dan sedotannya dan… “Crooot… crooot… croot…” batang kemaluanku memuntahkan sperma ke dalam mulut Mbak Conny dan dengan bernafsu ditelannya sperma tersebut dan sisanya dijilatnya sampai bersih.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Makasih Mbak,” kataku.<br />
“Sama-sama Wan,” katanya dengan lembut.<br />
“Oke sekarang kita mandi dulu biar segar dan kita ulangi lagi nanti ya di kamar.”</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aku masih mengenakan handuk yang dililitkan ketika Mbak Conny datang membawa segelas susu coklat hangat dan memberikannya kepadaku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Minum dulu sayang, biar tambah segar.”</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kuseruput coklat hangat, “Aaahhh…” kurasakan kehangatan menjalari tubuhku dan kurasakan kesegaran kembali.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kami berciuman kembali, Mbak Conny tampak sangat menikmati ciumanku ini, matanya terpejam, nafasnya mendesah, dan bibirnya dengan lembut mengecup sambil sesekali menghisap bibir dan lidahku, jari jemari lentik guruku itu mulai bergerak turun menyusup ke balik handukku menuju buah pantatku. Batang kemaluanku yang hanya ditutupi handuk kecil itu segera berdiri tegang. Bagian bawah kepala kemaluanku itupun langsung tergencet oleh perut Mbak Conny yang langsung menyalurkan getaran-getaran kenikmatan ke seluruh urat syarafku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jari-jemarinya mulai meraba kedua buah pantatku. Mula-mula rabaannya melingkar perlahan, makin cepat, makin cepat, sampai akhirnya dengan suara mendesah, diremas-remasnya dengan penuh nafsu. Aku mencium dan menjilati telinga Mbak Conny, sehingga membuat tubuh janda cantik itu menggelinjang-gelinjang, “Ohhh Wan… gelii… sss…” Kuturunkan bibirku dari kuping menelusuri leher, terus turun ke dada, jari jemarinya pun terasa semakin keras meremas-remas pantatku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Seraya mengecupi areal dadanya, jemariku membuka satu persatu kancing seragam kebanggaannya itu hingga terlihat belahan payudaranya yang besar menyembul dari balik baju mandinya. Bentuknya menghadap ke atas dengan puting yang langsung mengarah ke mukaku. Amboi seksinya, tanpa membuang waktu kulahap payudara itu dengan gemas. Kusedot-sedot dan kujilati putingnya yang sudah menegang itu. Tiba-tiba tangan kanan Mbak Conny berputar ke arah depan. Dengan sekali sentak maka terjatuhlah penutup satu-satunya tubuhku itu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kulirik kaca lemarinya, di sana terlihat badan tegapku yang bugil tengah menunduk menghisap payudara wanita berbadan montok yang masih dibalut pakaian mandinya. Dari kaca riasnya kulihat Mbak Conny mengalihkan tangan kanannya ke arah selangkanganku dan… “Slepp!” dalam sekejap batang kemaluanku sudah berada dalam genggamannya. Dengan lembut dan penuh perasaan ia mulai mengocok batang kemaluanku ke atas.. ke bawah.. ke atas.. ke bawah. Uff… tak bisa kuceritakan nikmat yang kurasakan di selangkanganku itu. Apalagi ketika sesekali ia menghentikan kocokannya dan mengarahkan jempolnya ke urat yang terletak di bawah kepala batang kemaluanku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Aaahhh… Mbaak… aaahh…” aku hanya bisa mengerang keenakan seraya terus mengecup dan menjilati payudaranya. Tiba-tiba Mbak</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Conny mendorong tubuhku hingga terduduk di atas ranjang busanya dan ia sendiri kemudian berlutut dihadapan selangkanganku. Ia menengadahkan kepalanya dan menatap mataku dengan pandangan penuh nafsu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Bersamaan dengan itu, ia menciumi kepala batang kemaluanku, kemudian menjilati lubang penisku yang sudah dipenuhi dengan cairan lengket berwarna bening. Tiba-tiba ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan apa yang kurasakan berikutnya adalah kenikmatan yang tak terlukiskan. Mbak Conny memasukkan dan mengeluarkan penisku di dalam mulutnya dengan gerakan yang cepat sambil menggoyang-goyangkan lidahnya sehingga menggesek urat bawah kepala penisku itu. “Aaahhh… ouuhhh… Mbak! aakh… ouhhh…” aku hanya bisa terduduk sambil mengerang nikmat dan Mbak Conny tampak begitu menikmati kemaluanku yang berada di dalam mulutnya, sampai-sampai ia memejamkan matanya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tangan kiriku kembali meremas-remas payudara Mbak Conny sedangkan tangan kananku menyentuh bagian bawah buah pantatnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Mmmh.. mmmhh…emmhhh…” rintihnya sambil terus mengulum batang kemaluanku ketika kuraba-raba lubang kemaluannya. Mbak</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Conny semakin memperkuat sedotannya sehingga memaksaku untuk semakin mengerang tak keruan, seakan tak mau kalah, kumasukkan tanganku ke selangkangannya dari arah perut, dan dengan mudah jemariku mencapai vagina yang sudah sangat basah itu.<br />
Dalam 3 detik jariku menyentuh sebuah daging sebesar kacang yang sudah menonjol keluar di bagian atas vagina Mbak Conny, jari tengah dan telunjukku segera mengocok “kacangnya” dengan cepat. “Mmmhh.. mmmhhh… aaahhh…” Mbak Conny melepaskan penisku dari mulutnya untuk berteriak histeris menikmati kocokanku di klitorisnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sekitar 5 menit kami saling mengocok, meremas, dan menghisap diikuti dengan gelinjangan dan jeritan-jeritan histeris, ketika tiba-tiba Mbak Conny menengadahkan mukanya ke arahku dan merintih, “Wan.. please sekarang…” Tanpa menunggu kata-kata selanjutnya kuangkat tubuh janda cantik itu dari posisi berlututnya. Kusuruh dia meletakkan kedua tangannya di atas meja menghadap cermin rias sehingga Mbak Conny kini berada dalam posisi menungging. Tampak buah dadanya bergelayut seakan menantang untuk diperah. Kurenggangkan kedua kaki mulusnya, kugosok-gosokkan penisku di belahan pantatnya sebelum kuturunkan menelusuri tulang ekornya, anus dan kutempelkan di pintu belakang vaginanya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Perlahan-lahan kusodokkan penisku ke dalam vagina kecil yang sudah sangat banjir itu, “Aaahhh…” Mbak Conny menggigit bibirnya menikmati senti demi senti penisku yang tengah memasuki vaginanya, semakin dalam kumasukkan batang kemaluanku dan semakin dalam… “Ooohhh Wan… ooohhh…” dan… “Aaaakhh…” jeritnya ketika dengan keras kusodokkan penisku sedalam-dalamnya di vagina janda cantik itu. Tampak janda cantik itu masih menggigit bibirnya menikmati besarnya batang kemaluanku yang terbenam penuh di dalam vaginanya. Dengan segera kupompakan kemaluanku dengan cepat dari arah belakang. Kutempelkan perut dan dadaku di punggung perempuan itu dan kedua tanganku dengan keras meremas-remas dan memelintir kedua puting buah dada Mbak Conny yang sudah sangat keras itu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Ohhh… ohh… ouuhhh…” Tiba-tiba Mbak Conny mengangkat kepala dan badannya ke arahku dengan menengok ke arah kiri dan menjulurkan lidahnya. Dengan cepat kusambut lidah yang menggairahkan itu dengan lidahku dan kami pun berciuman dengan posisi prediksi togel klik di sini</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Mbak Conny yang tetap membelakangiku. Karena ia menegakkan badannya, Mbak Conny menaikkan kaki kirinya ke atas meja riasnya untuk memudahkan aku terus menyodokkan batang kemaluanku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sambil terus melumat bibirnya dan menyodok, tanganku kembali meremas-remas kedua payudaranya. Tangan kiri Mbak Conny menjambak rambut di belakang kepalaku untuk mempererat tautan bibir kami. Ketiaknya menyebarkan wangi khas yang membuatku semakin bernafsu lagi. Tiba-tiba Mbak Conny merintih-rintih sambil terus mengulum lidahku. Tampak alisnya mengerut, wajahnya mengekspresikan seakan-akan kenikmatan yang amat sangat menjalari seluruh tubuhnya, ia dengan cepat membimbing tangan kananku yang masih asyik meremas payudaranya untuk kembali memainkan kacangnya. prediksi togel jitu klik disini</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Goyangan pinggulnya menjadi semakin cepat tak terkendali, dinding vagina mulai terasa berdenyut-denyut, tiba-tiba… “Aaahhh aaahhh oouuhhh… Wan… Mbak keluaaarrr… aaahhh…” film semi korea klik disini</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Malam itu beberapa kali aku dan Mbak Conny mengulangi “gulat gaya bebas” itu sampai akhirnya kami sama-sama tertidur kecapaian. Aku segera terbangun ketika menyadari ada seberkas sinar yang menerpa wajahku. Aku segera menyadari bahwa aku berada di rumah Mbak Conny. Dan ia sudah bangun dan tidak berada di kamar ini lagi, kulihat jam dinding menunjukkan pukul 10.00 dan lagi-lagi… oh shiit, aku terlambat masuk kantor. Sial, lagi-lagi sial.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>
</div>
<div class="yuzo_related_post style-1" data-version="5.12.81" style="background: 0px 0px rgb(211, 211, 211); border: 0px; clear: both; font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 15px; margin: 10px 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 0px; vertical-align: baseline; width: 650px;">
<div class="yuzo_clearfixed yuzo__title" style="background: 0px 0px; border: 0px; clear: both; margin: 5px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<h3 style="background: 0px 0px; border: 0px; color: white; font-size: 24px; letter-spacing: 1px; line-height: 1.30435em; margin: 0px !important; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: uppercase; vertical-align: baseline;">
RELATED POST</h3>
</div>
</div>
riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-63566275087024959422018-10-17T01:32:00.002-07:002018-11-24T10:32:32.708-08:00Kumpulan Cerita Sex Memuaskan Nafsu Majikan Yang Sexy<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="873" data-original-width="720" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW4L_JRELPWpG6uzzFf-6Y_x7iXedKaTnyHSBMuKcv8VSVeUMzvU6dfW9j5gzNDFjeeGmYMMQd4ik1w133qS_y9VqgHnuUNpXll65MonNm6zx3IjUq0Rn4Ok0xvuqBzcsnIrnNWJ5wW1xV/s640/43162963_2210671255845553_8800129049397164893_n.jpg" width="526" /></a></div>
<b><span style="color: red;">Kumpulan Cerita Sex 2018 - </span></b><span style="background-color: white; font-family: "montserrat" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 15px;">Hingga kini, kisah ini masih sering terlintas dalam benak dan pikiranku. Entah suatu keberuntungankah atau kepedihan bagi si pelaku. Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja namaya si Jo. Berasal dari kampung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y inilah dia numpang hidup pada seorang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seorang lagi pembantu wanita Inah, dengan usia kurang lebih diatas Jo 2-3 tahun. Jo sendiri berumur 15 tahun jalan.</span><br />
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Rhieny atau biasa mereka memanggil Bu Rhien, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di dapur yang terletak di halaman belakang, di depan kamar si Jo.<br />
“Inah.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya jangan lupa sampai ke kaos kakinya segala..” perintahnya.<br />
“Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Inah hormat.<br />
“Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”<br />
“Baiklah Bu..” tukas Inah mahfum.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Bu Rhien segera berlalu melewati Jo yang tengah membersihkan tanaman di pekarangan belakang tersebut. Dia mengangguk ketika Jo membungkuk hormat padanya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ibu Rhien majikannya itu masih muda, paling tua mungkin sekitar 30 tahunan, begitu Inah pernah cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu Rhien nampaknya lebih banyak di rumah. Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar untuk jeda istirahat saja.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan perawakan langsing, dada tidak begitu besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca mata serta kaki yang lenjang, Bu Rhien terkesan angkuh dengan wibawa intelektualitas yang tinggi. Namun kelihatan kalau dia seorang yang baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup orang lain meski dalam proporsi yang sewajarnya. Dengan kedua pembantunya pun tidak begitu sering berbicara. Hanya sesekali bila perlu. Namun Jo tahu pasti Inah lebih dekat dengan majikan perempuannya, karena mereka sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang tengah bila waktunya senggang.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Beberapa hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Jo tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua wanita tersebut.<br />
“Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga..” suara Bu Rhien terdengar agak geli.<br />
“Di kampung memang terus terang saya pernah Bu..” Inah nampak agak bebas menjawab.<br />
“O ya..?”<br />
“Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Jo tidak dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jo mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah, pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore, Jo agak terkejut ketika dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.<br />
Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu segera menutup lagi.<br />
Dihadapannya kini Bu Rhien, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat ia mengerti.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Jo..” suaranya agak serak.<br />
“Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar..”<br />
“Maaf Bu..!” Jo cepat-cepat mengenakan kaosnya.<br />
Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Rhien diam dan memberi kesempatan Jo mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Rhien sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Hmm..,” dia melirik ke pintu.<br />
“Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu darimu..”<br />
Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.<br />
“Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu Rhien agak menekan.<br />
Agak gelagapan Jo membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sejurus diamatinya Bu Rhien yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.<br />
Kemudian.., “Berbaringlah Jo.. dan lepaskan celanamu..!”<br />
Agak ragu Jo mulai membuka.<br />
“Dalemannya juga..” agak jengah Bu Rhien mengucapkan itu.<br />
Dengan sangat malu Jo melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah alat pribadinya ke atas.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Lain dari pikiran Jo, ternyata Bu Rhien tidak segera ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Jo merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.<br />
Naik lagi.. kini Jo bisa merasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan dengan paha atasnya. Naik lagi.. dan.. Jo merasakan seluruh tulang belulangnya kena setrum ribuan watt ketika ujung alat pribadinya menyentuh bagian lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Rhien.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Rhien nampaknya hendak melakukan persetubuhan dengannya. Jo menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan lembut itu memegang alatnya dan, “Bleesshh..!”<br />
Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Jo sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan masih menunduk Bu Rhien mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Jo yang secara naluriah hendak merengkuhnya.<br />
“Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Rhien menahan nafasnya.<br />
“Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Jo mulai mengeluh.<br />
“Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Rhien nampak agak marah mengucapkan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sekuat tenaga Jo menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu Rhien terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak Bu Rhien mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya yang putih berkeringat.<br />
“Aaahhkhh..!”<br />
Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun tetap pada posisi duduk di atas tubuh Jo yang masih bergetar menahan rasa. Nafasnya masih memburu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Beberapa saat kemudian, “Pleph..!” tiba-tiba Bu Rhien mencabut pantatnya dari tubuh Jo.<br />
Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.<br />
Kemudian, “Jangan cerita kepada siapapun..!” tandasnya, “Dan bila kamu belum selesai, kamu bisa puaskan ke Inah.. Ibu sudah bicara dengannya dan dia bersedia..” tukasnya cepat dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jo terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia berusaha menahan degup jantungnya. Diambilnya nafasdalam-dalam. Sambil sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang terasa mau menyembur cepat itu. Setelah bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan pakaiannya kemudian berbaring. nafasnya masih menyisakan birahi yang tinggi namun kesadarannya cepat menjalar di kepalanya. Dia sadar, tak mungkin dia menuntut apapun pada majikan yang memberinya hidup itu. Namun sungguh luar biasa pengalamannya tersebut. Tak sedikitpun terpikir, Bu rhien yang begitu berwibawa itu melakukan perbuatan seperti ini.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dada Jo agak berdesir teringat ucapan Bu Rhien tentang Inah. Terbayang raut wajah Inah yang dalam benaknya lugu, tetapi kenapa mau disuruh melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..! biarlah perbuatan bejat ini antara aku dan Bu Rhien. Tak ingin dia melibatkan orang lain lagi. Perlahan tapi pasti Jo mampu mengendapkan segala pikiran dan gejolak perasaannya. Beberapa menit kemudian dia terlelap, hanyut dalam kenyamanan yang tanggung dan mengganjal dalam tidurnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Perlakuan Bu Rhien berlanjut tiap kali suaminya tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia meninggalkan Jo dalam keadaan menahan gejolak yang menggelegak tanpa penyelesaian yang layak. Beberapa kali Jo hendak meneruskan hasratnya ke Inah, tetapi selalu diurungkan karena dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah alasan Bu Rhien untuk tidak memberikan balasan pelayanan kepadanya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan terdengar suara-suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya yang khas dan dihafal betul oleh Jo. Dia agak terganggu ketika mendengar daun pintu kamarnya terbuka.<br />
“Kriieet..!” ternyata Bu Rhien.<br />
Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Jo tidak jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Agak terburu-buru Bu Rhien segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Jo segera paham. Dia segera menarik tali saklar di kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menunggu Jo melepas celananya, Bu rhien nampak menyapukan pandangannya ke seantero kamar.<br />
“Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya..” pikirnya.<br />
Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat pemuasnya” itu sudah siap.<br />
Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Rhien segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak ketika tiba-tiba teringat sesuatu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="597" data-original-width="499" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixS9er68AU-EFtf7Bl72iWuv4An9pHNGBLzoBdzy8MgXjYjJS4sOktp1jZUP_7f-Jv7izLauuAL5xfaUhpmyDtZc6ET8SaDPWojREtZw9dQknT7cFEvzFNfChnDNE_4-Qyx7y9fONm7jvR/s640/27.JPG" width="534" /></a></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Oh Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.<br />
Jo berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi nafsunya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari pintu.<br />
Lanjutnya, “Hmm.. Inah pulang kampung pagi tadi..” dengan wajah agak masam Bu Rhien segera mengurungkan langkahnya.<br />
“Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal begitu saja karena tidak ada Inah..”<br />
Jo hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Inah. Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Rhien akan memberinya sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu..”<br />
Kemudian Bu Rhien segera duduk di tepi ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Jo dan memberinya isyarat.<br />
“..” Jo tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.<br />
Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat melihat sepasang paha mulus telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit membuncah di balik BH warna krem yang muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia mendekat. Kemudian dengan agak ragu selangkangannya diarahkan ke tengah diantara dua belah paha mulus itu. Nampak Bu Rhien memalingkan wajah ke samping jauh.. sejauh-jauhnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Degh.. degh..” Jo agak kesulitan memasukkan alatnya.<br />
Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rhien yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Rhien menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun tetap pelan Jo berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Beberapa saat kemudian Jo secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.<br />
“Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rhien yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.<br />
“Plak.. plak.. plakk..,” kadang Jo terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.<br />
“Ohh.. enak sekali..” pikir Jo.<br />
Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.<br />
“Ehh.. shh.. okh..,” Jo benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Jo selintas melirik betapa wajah Bu rhien mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.<br />
“Hkkhh..” Bu Rhien berusaha menahan nafas.<br />
Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung “konak”-nya.<br />
Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Rhien merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Jo.<br />
Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan nafsunya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jo terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Rhien tak mampu lagi membendung nafsunya.<br />
Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Jo semakin terangsang. Dia menunduk mengamati alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Ohh.. aduh.. Bu..,” Jo mengerang pelan penuh kenikmatan.<br />
Yang jelas Bu Rhien tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.<br />
“Okh.. hekkhh..” Bu Rhien menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-benar kuat dan tahan.<br />
Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi menahan, Bu Rhien segera mengapitkan kedua pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya, dan.., “Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Jo malam ini. Sementara si Jo pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga, “Cruuth..! crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari sana. Jo merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Jo terkulai. Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di ranjang Bu Rhien telentang lemas. Benar-benar nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa saat dia terkulai seakan tak sadar dengan keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya batang kenyal nan keras itu masih menyumpal celah vaginanya. Memberinya sengatan dan sodokan-sodokan yang nikmat. Jo menatap tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya. Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga mendapatkan kepuasan. Benarkah..?</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sementara itu setelah sadar, Bu Rhien segera bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia merasa betapa panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang baru pernah bersetubuh.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Inah, Jo..?” tanya Bu Rhien menyelidik.<br />
Jo terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?<br />
“Kenapa diam..?”<br />
Jo menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”<br />
“Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”<br />
“Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”<br />
“Oo..,” Bu Rhien melongo.<br />
Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Inah mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?” kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.<br />
“Mengerti Bu..,” Jo menjawab penuh rasa rikuh.<br />
Akhirnya Bu Rhien keluar kamar dan Jo segera melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah, namunnikmat dan terasa legaa.. sekali.<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>
</div>
riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-85396011291910147892018-10-17T01:20:00.002-07:002018-11-24T10:33:14.940-08:00Kumpulan Cerita Sex Nikmatnya Bercinta Dirumah Baru Dengan Tukang Bangunan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="1320" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMdDyCCG89KT6XWEysJzeX6u_DR6nK6jlmMqLybpHFmnGkvY2a9we-QZysL03psaXNX1IKK7Z-NSEkRdR9pkAUWk8mdHXIlMx5r1w8NnjBqMcUPDcdcrXZp-tbKREgXl8evXlekBOVM7q0/s640/42883117_347482292488962_8749193480733419511_n.jpg" width="522" /></a></div>
<span style="color: red;"><b><br /></b></span>
<span style="color: red;"><b>Kumpulan Cerita Sex 2018 - </b></span><span style="background-color: white; font-family: "montserrat" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 15px;">Papiku baru membeli tanah baru didaerah barat. Kompleksnya masih baru, jadi belum banyak penghuninya. Kebetulan dideretan tempat rumah baru aq ini belum dihuni. Papi lalu membayar kontraktor untuk melakukan pembangunan.</span><br />
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aq sering disuruh papiku buat ngawasi tukang. Maklum, beliau sibuk dan aq adalah anak tertua yang masih ada disini. Koko aq di luar negri jadinya ngga bisa. hehehe…</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dari sekian banyak tukang bangunan yang bekerja disana, hanya satu yang cukup menarik perhatianku. Wajah sih biasa, standar hehehe…</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namanya Irfan, modelnya yang cukup urakan menarik perhatianku. Apalagi dia yang paling berani dan sering banget menggodaku, sekedar iseng-iseng sih.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ngga pernah liat ce cakep rupanya ya. hahaha…<br />
btw, sejak pengalaman aq dengan tukang antar galon yang menyenangkan, sejujurnya aq lebih terbuka pada cowok, apapun profesinya…khususnya yang item-item.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jadi ketika aq digoda dan diusilin ama Irfan, aq tidak merasa aneh dan biasa- biasa saja. Malah kadang aq godain balik sampe seluruh tukang pada ribut haha…sehingga dapat dibilang udah akrab setelah sekian bulan bertemu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pada suatu kesempatan Irfan tanya nomer hp aq, ya aq kasih tapi yang nomor discardable, bukan nomor utama hehehe… kami lalu sering sms-sms-an dan sesekali menyerempet ke hal-hal begituan</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Salah satu contohnya:</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
I : nik ngapain?<br />
Me: mo tau aja<br />
I : ga boleh ya? somboooong!<br />
Me: BIARIN!<br />
I : Ih..pake baju apa nih?<br />
Me: mau tahu aja…pake kaus donk<br />
I : o…pake daleman ngga?<br />
Me: KURANG AJAR! Jelas pake lah<br />
I : o…warnanya?<br />
Me: HE! Ngapain mo tahu? Ya pink-lah!<br />
I : wooo! yang bawah?<br />
Me: Ga pake<br />
I : OUCH!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
(abis itu aq cuekin hahaha)</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sore itu aq ditelp papi, disuruh ke rumah baru untuk mengawasi tukang. ini keliatannya adalah hari<br />
terakhir, karena proses pembangunannya sudah selesai. Tinggal 1-2 tukang saja yang masih masuk,<br />
membersihkan daerah rumah, termasuk si Irfan ini.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Karena sudah diperintah papi, aq cepat-cepat pulang dari mall bersama teman-teman dan langsung meluncur ke rumah baru itu. Waktu itu aq mengenakan kaus kuning ketat dengan celana pendek hitam.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sesampainya dirumah baru itu, hari sudah mulai malam. hanya Irfan yang masih ada, itupun dia abis mandi. Biasa, begitu liat aq, apalagi pake kaus seksi begini, gatelnya kumat langsung suit-suit bla-bla godain.<br />
Aq cuekin sambil melihat-lihat kerjaannya dia. Melihat aq serius begitu, dia juga berubah, dari cengar-cengir menjadi serius dan menemani aq melihat-lihat.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setiap ruangan aq periksa, termasuk kamar utama yang sudah selesai sejak awal. Aq siapkan ranjang kecil disini, supaya kalo aq harus mengawasi tukang satu hari penuh, aq ada tempat buat istirahat. Pas mau menyalakan lampu, lho kok mati. Aq suruh dia untuk perbaiki.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Irfan lalu kebelakang mengambil tangga dan menyiapkannya didalam kamar, karena posisi lampu yang berada<br />
diatas plafon (spotlight). Ada 2 lampu yang putus sehingga dia harus mengganti kedua-nya. Karena dia abis<br />
mandi dan tak mau bajunya kotor karena keringat, dia melepas kemejanya. uts…kekar juga badannya, namanya<br />
juga tukang, item lagi xixixi…aq suka melihatnya!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Takut keringetan nanti non, ujarnya singkat. Aq mengangguk sambil tersenyum. Dia melihatku lalu cengar-cengir…Apa yang bawah perlu dilepas sekalian non? Aq melotot tetapi kemudian timbul keisenganku, dan aq<br />
jawab: ya terserah lho… Dia tertawa kecil lalu BENERAN melorot celana panjangnya, sehingga dia tinggal pake CD item model segitiga, dgn bagian depannya menonjol! Aq melotot sebentar WOW! ujarku dalam hati.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Yeeeek!”, teriakku kecil sambil menutup mata.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dia tertawa kecil. Irfan lalu menaiki tangga dan mulai mengganti lampu yang rusak satu-per satu. Selama dia bekerja, aq terus mengamati bodynya yang item kekar plus bagian kemaluan yang menonjol itu. Ouch! tiba-tiba jantungku kok berdegub kencang ya…oh tidak! birahiku mulai bekerja. No! I must stop this!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah selesai, dia lalu turun dari tangga. Aq tetap tegang. Udah non, ujarnya singkat. Aq mengangguk. Nonik cakep lho, saya foto boleh? tiba-tiba dia bicara begitu? Aq berpkir sejenak, lalu aku iyakan.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Anu nik, saya mau kembalikan tangga ini, kebelakang dulu ya? Nanti saya kembali lagi. Aq mengangguk dan menunggu dia. Tak lama kemudian diapun kembali, sambil cengar-cengir tentunya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hayo…itu nonik pake daleman ndak? godanya. Aq cuman melotot sambil berdiri di depan jendela, mencoba menyalakan lampu yang baru. Sesekali aq lirik, dia sibuk kesana kemari tetapi ndak ada hal yang penting yang dilakukan. Jadi kesannya kayak biar ndak canggung gitu, dan berlama-lama didalam kamar bersama aq.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Yang kapan hari kesini itu pacarnya ya non? Aq mengangguk. O…saya rasa pasti ngga sunat tuh pacarnya nonik. Trus kenapa? tanyaku heran. Dia tersenyum. Kalo saya sunat lho nik, jadinya mantap. Aq cuman tersenyum sambil melirik kearah kemaluannya. Iya ya. keliatan montok gitu dari luar xixixi…Nonik ngapain aja hayo waktu disini sama koh andre? godanya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aq cuek saja, emang napa? mo tau aja. Ah masa ngga boleh tahu. Aq cuman melengos. Eh, punya saya ama punya pacarmu gede mana nik? tanyanya sambil cengar-cengir. Maksudnya? Aq pura-pura ngga paham. Ininya lho nik, ujarnya seraya menujuk kebawah. Aq tertawa, mana aq tahu, lagian aq blm pernah liat punya elo. Dia terbahak-bahak mendengar jawabanku. Trus, dasar cowok bengal, dia tiba-tiba melorot cd-nya!!! dan membuatku melihat dengan jelas senjata andalannya!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Yeeeeeeeeeeeeeeeeek!” teriakku sambil memalingkan wajah sambil menyuruhnya menutup auratnya. Wow! gede amat ya, ujarku dalam hati, itu dalam posisi tidur, belum kalo lagi berdiri. Wiiih…..Dia terkekeh-kekeh sebentar.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Nik, nonik ini seksi dan cakep abis. boleh ngga mas liat sebentar saja? masa seumur hidup ngga pernah liat body ce amoy? ujarnya. Aq mengerutkan dahi lalu memandang dia ga percaya, berani juga nih buka omongan seperti itu, dasar bengal! mungkin dasarnya adalah tukang bangunan ya, jadinya kalo ngomong itu ceplas-ceplos ga pake trik.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dia cengar cengir sambil tetap bugil didepanku. Dia mengocok penisnya supaya menjadi berdiri dan wow! jujur aq terpesona dengan senjatanya. Uh, kalo penis itu masih mq aq rasanya bakal nikmat deh!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
NO! Feli no! Stop that!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ayolah, cuman liat doang kok! kita kan dah kenal cukup lama dan nonik udah akrab kan sama saya. Saya yakin nonik dah nyaman sama saya, kalo ngga mana mau sampeyan disini sampe sekarang toh? Aq tertegun, kena sKAK MAT! xixixi… Aq pengen banget liat body ce cina, apalagi pas udah akrab dengan nonik itu semakin menggebu deh keinginan mas ini. Janji, nonik ngga akan ada apa-apa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="708" data-original-width="583" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSQZOO0XklH8kCzPLruiMbWVXUI7LhQiMY9MFyBP_DmCdwj06GPhyHsTbQEWBbkmYrPENaqVzYUfv2Nfdh0xJ0jgybHAoNwaLbJl88wlLFZltCDxoFDX-UfatYLvwIjV00z9-0l5dJQI7Y/s640/42992441_2200854506861511_4722552404942764113_n.jpg" width="526" /></a></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aq diam, Irfan memang bengal, tetapi entah,sikapnya pada aq selama ini membuatku merasa nyaman berdekatan dengan dia, biarpun bengal! Ampir 1 tahun lebih setiap hari ketemu terus dan digodain terus. hehehe…Aneh ya? ini ada apa sih?</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Maunya gimana sih? tanyaku pelan. Dia ngga menjawab tetapi tetap cengar cengir. Kemudian dia berjalan mendekati aq, jantungku semakin berdebug kencang! Penisnya yang udah mancung semakin mendekatiku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Awalnya dia berusaha mencium pipiku tapi aq menghindar, lalu berusaha mencium bibirku dan aq tetap menghindar. Irfan tidak menyerah, dia memegang tanganku dan menarikku duduk keatas ranjang. Aq ingin menolak tapi entah mengapa ada dorongan yang memaksaku untuk tetap diam dan menunggu. Jemarinya langsung memegang payudaraku dan meremasnya perlahan. Aq berusaha menutupinya tetapi kalah kuat.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Akhirnya aq biarkan dia memangku aku dan dari belakang payudaraku diremas-remas dengan penuh gairah. Sakit, tetapi memancing gairahku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Oh, nonik ini seksi banget! waangi lagi! aduh…ini 34B ya nik? desahnya penuh nikmat sambil terus meremasi payudaraku. Aq diam saja, memejamkan mata menikmati pelcehan ini.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background: 0px 0px; border: 0px; cursor: pointer; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></a>Kaus ketatnya dilepas yuk non, ujarnya. aq diem saja. Dia lalu menarik kausku dan melemparkannya<br />
kelantai. Sekarang dia jongkok didepan aku. Bra krem yang aq pake pun dilepasnya. Mas, mau diapain mas? jangan mas, pintaku lemah. Irfan tidak memperdulikan aq lalu membuang bra itu ke lantai. Wow! putihnya susumu mbak! ujarnya, seksi sekali. Matanya melotot melihat payudaraku dan langsung dengan ganas menjilatinya dan menyedot putingku dengan penuh nafsu. Aq merasa geli sekaligus sakit. Mas, pelan-pelan, sakit mas. rintihku. Irfan mengangguk dan kembali mencumbui payudaraku tetapi tidak sekasar tadi.<b style="background: 0px 0px; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></b></div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Oh…enaknya puting payudara yang disedot cowok! lidahnya bermain-main diatas puting dan sekitarnya membuatku merintih keenakan, lupa deh siapa aq dan siapa dia. xixixi…</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah puas bermain-main dengan payudaraku, dia lalu menidurkan aq keatas ranjang. Aq menolak dan berusaha bangkit, tetapi tenaganya terlalu kuat, ditambah perlawanan aq itu tidak sepenuh hati, karena sebagian diriku menginginkan seks dengan dia, sebagian yang lain MENOLAK karena aku terikat komitmen, berpacaran dengan Andre, kekasihku. Seharusnya hanya dia toh yang bisa menikmatiku. Ini kok…</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan leluasa dia lalu melepas celana pendek hitamku dan menarik celana dalam pink yang aq kenakan. Mas jangan donk mas! pintaku melas sambil berusaha menahan celana dalamku. Irfan diam saja tetap melucuti celanaku sampai aku akhirnya telanjang. Oh mbak! saya beruntung banget bisa menikmati sampeyan malam ini, mimpi apa ya saya!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Mas jangan, saya ndak mau! ujarku memelas. Dia diam saja, lalu memandangku dengan tajam. Mbak ndak mau ya? tanyanya. Aq tiba-tiba terdiam. Dia tersenyum penuh arti. Jarinya lalu menggesek gesek mq aq, menusuknya perlahan. Aouh! Aq merasa agak sakit. Duh, udah becek begini kok ya masih pura-pura toh nik! ujarnya penuh kemenangan. Rupanya tadi dia memeriksa, apa bener aq ini menolak atau hanya pura-pura. Sial!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dia lalu menindihku dan memposisikan penisnya yang besar itu dibelahan mq aq. Oh tidak! aq bakal<br />
disetubuhi dia nih! mas jangan mas…mas….Pintaku melas, tetapi Irfan tidak lagi mendengarkan rintihanku, dia tahu aq cuman setengah hati menolaknya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah beberapa kali mencoba dan gagal, akhirnya dia berhasil juga memasukkan penisnya kedalam mq aq. Aouhc! Perihhhh! Aq merintih, sakit mas, besar banget barangnya! teriakku kecil. Irfan memejamkan mata sambil mendesah oh mqmu enak banget mbak! sempit, becek, hangat! Dia lalu memelukku sambil membenamkan penisnya yang besar didalam vagina aq. Aq masih merasa perih, rupanya dia sengaja membiarkan penisnya didalam supaya vaginaku terbiasa dahulu.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah sekian waktu dia menindihku tanpa menggenjot, akhirnya dia putuskan sudah waktunya. Pinggangnya lalu perlahan naik turun, mengkocok penisnya didalam mq aq. Oh…oh..mas…sakit ah…erangku…yang menyebalkan, dia tidak terlalu perduli dan terus menyetubuhiku dengan kasar. Untungnya, lama-lama vagina aku terbiasa dengan ukuran penisnya, plus cairan pelumas udah banyak yang keluar sehingga aq perlahan tetapi pasti mulai merasakan kenikmatan berhubungan seks.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aduh mbak, enaknya mq cina mbak! sempit hangat…basah…aouhc..ouch…erangnya penuh nikmat, aku diam saja, berusaha merasakan penisnya yang keluar masuk mq-ku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah beberapa menit barulah kami benar-benar berhubungan seks yang sama-sama enak. Dia mengangkat lenganku dan mencumbui payudaraku. Aq hanya bisa merem-melek menikmati permainan seks ini, permainan seks kasar yang aq suka! Dia berusaha menciumi bibirku tetapi aq selalu berusaha menghindar. Tetapi karena posisinya yang tidak memungkinkan akhirnya dia berhasil menciumi bibirku dan kamipun akhirnya asyik berhubungan badan sambil berpelukan dan berciuman bibir.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ouh…nikmatnya!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah beberapa menit, aq merasakan gejolak orgasm semakin mendekat, mq aq mulai berkedut, pinggang bawahku mulai kejang-kejang dan akhirnya sebuah gelombang tsunami kenikmatan seksual menyerangku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“mas..mas…maa….aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah! “, aq terpekik nikmat, merasakan meki aku berkedutan meremasi penisnya, pinggangku terasa ngilu kejang-kejang.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Irfan semakin garang mengkocok penisnya didalam mq aq dan membuatku semakin merasakan tingginya kenikmatan seksual ini. Selama beberapa detik tubuhku kejang-kejang didalam pelukannya dia, lalu aq merasa lemas sekaligus puaaas! Irfan mencium pipiku, puas mbak? aq mengangguk pelan sambil terpejam. Punyaku ama punya pacar sampeyan enak mana? tanyanya. Aq tersenyum sambil memandangnya lalu aku cium bibirnya tanpa menjawab. Dia mengerti maksudku dan kami lalu berciuman bibir dengan mesra seperti sepasang kekasih, penisnya masih kokoh menancap didalam mq aq.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah aq lumayan lega, dia menarikku dan mulai melakukan doggy sex. Oh, aq sungguh lemas setelah orgasme tadi sampai tidak kuat menopang badanku dan akhirnya aq hanya bisa menaikkan pantatku sedangkan kepalaku tiduran diatas bantal. Deru nafas Irfan yang penuh gairah terdengar dengan jelas, sambil merasakan ada penis besar, keluar masuk mq aq. Lengannya yang kekar menggoyang pinggangku untuk mengkocok penisnya didalam vaginaku.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tiba-tiba…</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Fan, Irfan, dimana kamu?”. tiba-tiba terdengar suara.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Oh Shit! Itu Zaid, tukang lain yang kebetulan bertugas malam ini bersama Irfan. Aq langsung berdiri,<br />
mencabut penis Irfan dan menyuruhnya untuk diam. Dia bingung sebentar kemudian menurutiku untuk tetap diam. Terdengar zaid buka tutup pintu dibelakang. Aq lalu meloncat dari tempat tidur dan perlahan mengunci pintu kamar ini. Irfan terkekeh, kenapa ngga diajak sekalian mbak? Aq melotot.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dia lalu berkata, bukannya rejeki harus dibagi-bagi ya? Aq melotot tambah lebar. Dia tertawa kecil lalu merebahkan dirinya keatas ranjang tanpa berbicara lagi. Zaid lalu mencoba membuka pintu kamar ini tapi untungnya baru saja aq kunci. Irfan cuman tersenyum tetapi tidak berbicara apa-apa. Akhirnya Zaid pun keluar dari rumah dan pergi. Ah…lega….!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Irfan lalu memanggilku dan menyuruhku memasukkan penisnya kedalam mq aq. Karena dia lagi tiduran, berarti aq yang berada diatas. Perlahan aq posisikan penisnya itu untuk masuk kedalam. Ouh! terasa panas, perih! Irfan lalu melumuri penisnya dengan ludah dan kami lalu mencoba memasukkannya kembali. Uhh…tidak bisa… vagina aq sudah mengering dan ketika dipaksa masuk, terasa perih. Melihat aq meringis kesakitan, Irfan lalu merasa kasihan.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Aduh…trus gimana mbak? nanggung nih…ujarnya kecewa. Aq terdiam, mau aq emut? weks tak sadar bisa menawarkan itu. Irfan seakan tak percaya mendengar tawaranku dan langsung mengiyakan, daripada tidak crot…hehehe..</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dia lalu duduk ditepi ranjang, aq jongkok didepannya dan mulai memasukkan penis itu kedalam mulut. Ouh…besarnya…mulutku terasa penuh banget. Perasaan kalo aq meng-oral penisnya andre ndak sebesar ini deh. Irfan mengerang keenakan aku oral. tangannya tak henti-hentinya meremasi payudaraku dan memainkan putingku dengan jemarinya. Kadang terasa sakit tapi ya sudah, aq biarkan saja. Setelah agak lama aku oral, penisnya mulai agak berkedutan, wah mau crot nih…Aq terus sedot dengan kuat penis itu sambil jari-jariku memilin putingnya.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Oh yaa…mbak…oh nonik…enak oooooooooooooo”, Irfan mengerang keenakan ketika penisnya dengan tiba-tiba menyemburkan sperma DIDALAM MULUTKU! Ouch! Jemarinya juga semakin kuat meremas payudaraku. Huh, ndak tahu itu sakit apa ya!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ingin rasanya menarik mulutku agar aq tidak harus menelan spermanya, tetapi aq merasa “berhutang” gara-gara diberi orgasm yang luar biasa, jadinya aq paksakan diriku untuk tetap menyepong penisnya dengan kuat saat dia ejakulasi. Uh…terasa semprotan demi semprotan sperma memenuhi mulutku dan terpaksa sebagian aq telan agar tidak penuh didalam.</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kami lalu berpakaian tanpa banyak bicara, suasananya benar-benar canggung. Makasih ya mbak, sampeyan sungguh seksi abisss dan uenak tenan….koh andre benar-benar hoki. Aq cuman tersenyum. Ketika dia berusaha menciumku, aq kembali menghindar tetapi tetap tersenyum. Dia agak kecewa tetapi rasanya dia mulai mengerti. It just SEX ok? nothing more!</div>
<div style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: montserrat, helvetica, arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 22px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
tak lama kemudian kami keluar dari rumah dan pergi sendiri-sendiri.<br />
<br />
<br />
<br /><span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>
<br /></div>
riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-67344292411824192002018-08-14T13:10:00.001-07:002018-11-24T10:34:37.221-08:00Kumpulan Cerita Sex Tukang Perkosa VS Cewek Hiper<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="250" data-original-width="202" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfUSDaXUbj6DUgpSd1eyV4NfoZwsS7vzHsNZGFV3tJEXQ10iN425DIO3NSxvkoRwl7FNivoDsn3GalarCkSpLK5hHZJCeNQ5dQbVsszesnSlc4wmjD_p9LwLwP6TMGnH77b4EtT_2zNc6d/s640/images+%252841%2529.jpg" width="517" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<b><span style="color: red;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Kumpulan Cerita Sex 2018</a> -</span></b> Kata Hilda dan Emi kalau menginap di rumah
Anis suka diganggu adiknya. Kata mereka yang pernah tidur di sana, adik
Anis itu suka menggerayangi, bahkan memperkosanya. Wah, gawat !<br />
Malam ini aku ingin coba coba menginap di rumah Anis. Penasaran . . . ! Seperti apa sih, tampang adiknya yang syaraf itu.<br />
Kutunggu Anis yang lagi piket malam. Tak seberapa lama kemudian, diapun keluar menghampiriku.<br />
”Kau belum pulang, Laras ? Sudah jam sebelas malam, lho ?” kata Anis kepadaku.<br />
”Hari ini aku tak dapat pintu, Nis. Mau nginap di rumahmu saja ?” kataku.<br />
”O, ya . . . yang betul ?” Sambutnya kurang percaya.<br />
”Betul Nis, aku serius lho ?” Karena memang dari sebanyak kawan-kawan
yang bekerja di Kompeksi ini hanya akulah yang belum pernah menginap di
rumahnya.</div>
Sebenarnya rumah Anis tidak jauh dari rumahku. Tetapi aku penasaran rasanya seperti apa sih, di kutak kutik oleh lelaki.<br />
Kami sudah sampai di rumah Anis.<br />
Di teras duduk seorang lelaki sedang asyik main guitar sendirian.<br />
”Belum tidur kau, Rinto . . . .?” sapa Anis. ”Belum, mbak .. belum ngantuk !”<br />
”Siapa itu, Nis ?” tanyaku.<br />
”Adikku satu satunya, Laras. Bandelnya minta ampun !”<br />
”Akh, anak lelaki itu bandel biasa, Nis !”<br />
Aku pura pura tidak menaruh perhatian pada kata kata Anis mengenai tingkah laku adiknya.<br />
Bagiku, justru menyenangkan sekali dekat dengan anak yang suka usil seperti Rinto ini.<br />
Anis membuat kopi panas untukku, tapi tidak segera kuminum. Karena
kulihat Rinto mengintipku dari balik jendela kaca, maka sengaja pahaku
kubuka agak lebar lebar. Nah, rasakan nafsu ’nggak lhu anak bandel !<br />
Tiba tiba Anis datang dengan membawa kue kue di piring.<br />
”Ayo di minum kopinya . . obat ngantuk Laras ?” ujarnya kepadaku.<br />
”Tapi mataku sudah tidak tahan, Nis. Percuma minum kopi. Karena aku
memang tidak biasa tidur terlalu malam . . . ?” ujarku pura-pura.
Padahal biasa semalaman suntuk bersetubuh di kamar.<br />
”O ya. Kalau begitu cepatlah tidur Laras nanti kamu sakit !” seru Anis.<br />
Saat yang kutunggu tunggu telah tiba. Kamarku sengaja tak kukunci. Sedang Anis tidur di kamarnya sendiri.<br />
Lampu kamar sengaja tak kupadamkan agar Rinto dapat jelas memandangi pahaku yang putih dan mulus ini sengaja kubuka lebar.<br />
Mataku pura-pura kupejamkan. Kudengar pintu kamar didorong seseorang
dari luar. Da lam hatiku . . siapa lagi kalau bukan Rinto.<br />
Pucuk
dicinta ulampun tiba. Benar juga kata Hilda dan Emi. Rinto mulai menarik
celana dalamku ke bawah. Kubuka mataku lebar lebar mengawasi ulahnya.<br />
”Haaah !” aku pura pura terperanjet.<br />
tiba tiba Rinto mengeluarkan pisau lipat dan meletakan diperutku. Akkh, matilah aku? jangan jangan ia ingin membunuhku.<br />
”Diem . . jangan banyak bicara kalau tidak mau, pisau ini akan merobek perutmu, Laras !” ancamnya.<br />
”Ampuuun, aku jangan dibunuh !”<br />
Aku benar-benar ngeri ! Tidak bisa aku bayangkan tajamnya pisau cukur itu kalau benar benar merobek perutku.<br />
”Awas, kalau teriak kubunuh kau ! Aku tidak pernah main-main !”<br />
Rinto mulai menarik celana dalamku ke bawah sampai terlepas. Tak
susangka kalau Anis mempunyai adik lelaki yang tampangnya seram seperti
pembunuh berdarah dingin. Namun di balik keseramannya Rinto memang
tampan sekali wajahnya.<br />
Mata Rinto nampak bertambah liar dan jalang menatap memekku yang terpampang di depannya.<br />
Kemudian menyuruh aku telanjang.<br />
”Ayo buka semua !” katanya sambil menempelkan pisau cukur itu ke dadaku.<br />
Aku bertambah ngeri oleh perlakuannya yang bahaya itu.<br />
”Iya . . iya . . aku mau telanjang . . dan terserahlah deh mau kau
apakan tubuhku, ini asalkan jangan sampai engkau melukai<br />
nya pakai pisau cukurmu itu Rinto . . . . . . .<br />
aku lebih senang pisau cukur itu kau letakkan di meja, sayang !” bujukku.<br />
”Baiklah. Tapi awas, kalau kau berani coba-coba menipuku, kubunuh kau
nanti !” kembali Rinto mengancamku. Wah, gawat ! Sedikit sedikit bunuh,
sedikit bunuh. Dianggapnya aku ini ayam goreng ’kali !<br />
”Tidak, Rin, Aku tak pernah dusta pada siapapun !” kataku meyakinkan.<br />
Perlahan lahan Rinto segera menaruh pisaunya di sebelah tempat tidurku.<br />
”Disini saja, kalau kau nanti teriak, tinggal menusukkan pisau tajam ini ke perutmu, Laras !” gertaknya lagi.<br />
”Ya, disitu juga tidak apa-apa ! Yang penting jangan didekatkan dengan
tubuhku, aku takut !” ujarku sambil menanggalkan kutang yang kukenakan.<br />
Sepintas kulirik benda hitam yang bergelayutan di selangkangannya. Hmmm
.. tak begitu besar, tetapi kelihatan bengkak dan kaku. Pertanda bahwa
Rinto sudah sangat bernafsu untuk segera membenamkan batang ke maluannya
keliang memekku yang sudah menganga siap untuk ditusuk.<br />
Dengan sangat terburu buru sekali, si brengsek itu menjebloskan batang kontolnya ke liang memekku yang sempit.<br />
”Akkkkhhhs !”<br />
Jleeep – Sleeeeph – Jllleeseeeeph ! ”Akhsss . . Rin . . pelan pelan, sayang.<br />
Ssssh . . eeeh . . !” rintihku.<br />
Kemudian lelaki muda yang tampan namun brutal ini kembali mengambil pisau cukurnya, lalu ditempelkan di bagian leherku.<br />
Wah, Breengseeeekh ! Lagi nikmat nik- matnya, konsentrasiku langsung buyar gara gara kekonyolannya.<br />
”Jangan mengeluarkan suara, Laras. Aku sembelih lehermu ini nanti !” ujarnya.<br />
”I . . ya sssh eeegh . . tidak . . tidak sssh .<br />
. akh . . aku sudah pasrah kepadamu, Rin ! terserah mau kau apakan aku
ini, asal jangan kau lukai kulitku . . !” rintihku setengah takut
setengah nikmat.<br />
Rinto hanya membisu, matanya nampak sangar
menatapku. Gerakan pantatnya naik turun dengan cepat sekali, sehingga
menimbul- kan rasa nikmat di bagian lorong memekku karena tergesek gesek
topi bajanya.<br />
Yang bikin aku kesal adalah karena dia tak pernah
melepaskan pisau cukurnya yang terus menempel di leherku, bagaimana
jadinya kalau nanti benar benar menggores kulit le- herku ?! Padahal
tanpa diperkosapun, aku dengan senang hati akan melayaninya.<br />
Mendadak Rinto menggeram hebat di atas tubuhku, dan gerakan pantatnyapun jadi semakin lamban.<br />
”Akkkhhhhss . . sialan . . akkhhuu kelu arrrr, Larraassss . . oogh . . nikmat sekali !”<br />
Crooots ! Croooots ! Crooooots !<br />
Rinto terengah engah, dan keringatnya bercucuran karena benteng pertahananya telah bobol.<br />
Walau
aku telah bersusah payah untuk mencapai puncak kenikmatan, namun selalu
gagal karena pisau itu terus menempel di lehernya dan membuatnya hilang
konsentrasi.<br />
Tak dabat tertolong lagi, batang kemaluan Rinto
semakin mengecil dan tambah menge cil, sehingga tak bisa menggelitik
lorong me mekku. Dan akhirnya mencabutnya.<br />
Sialan ! Nafsu sih
menggebu gebu, gayanya pakai main ancaman segala. Eh, tidak tahunya baru
kegoyangkan beberapa menit saja sudah bocor ! Payah . . !<br />
Rinto
tidur membelakangi aku. Nafasnya yang tadinya tersengal-sengal sudah
mulai normal kembali. Perlahan lahan kutarik tubuhnya.<br />
”Rin .. tolong dong . . tolong aku, Rin. Aku belum keluar . . kepalaku pusing sekali sayang . .<br />
!” rintihku memohon.<br />
Rinto hanya membisu. Tubuhnya nampak letih karena habis memuntahkan air maninya.<br />
Tiba-tiba rasa takutku hilang menghadapi lelaki brutal yang ternyata
tidak mempunyai kemampuan tentang sex ini, dan hanya bikin gatal memekku
ini saja.<br />
Aku jadi berang sikapkupun jadi liar dan binal, melebihi Srigala yang hendak, menerkam mangsanya.<br />
”Ayo, Rin . . main . . Letoy amat, kau ini . .<br />
!” ajakku lagi.<br />
Dia menatapku, tatapannya tak lagi sangar, ”Aku lemas, Laras. Aku sudah tak kuat lagi !”<br />
”Makanya jangan cari gara-gara ! Lagak sok jadi jagoan. Eh, baru semenit saja sudah keok tak berdaya !” umpat serapahku.<br />
Duuh, sebel benar aku. Kepalaku semakin berat saja rasanya. Aku benar
benar jadi putus asa melihat batang kontol Rinto yang tak mampu tegang
lagi.<br />
”Ayo, lagi doong . . sekali saja. Asal masuk terus sudah,
nanti biar aku yang goyang terus biar aku cepat keluar, sayang !”
bujukku sampai sundul langit.<br />
Namun laki laki sial itu benar benar sudah tak bergairah lagi untuk melayaniku.<br />
”Besok saja, Laras. Kau akan aku layani sampai pagi, kalau kau mau . . !”<br />
Rinto kembali menolak ajakanku, namun masih sempat sombong di depanku !
Hu, Hilda dan Emi boleh kau kibuli. Tetapi kalau sama aku, jangan
coba-coba ! Dengan kemampuan apa sih, kau melayani aku sampai pagi?<br />
Tapi aku tak mau kehilangan akal, dengan tak sabar lagi kuraih batang
kemaluan nya yang lembek. lalu kuusap usap dengan penuh kasih sayang.
Kuurut urut dari ujung sampai ke pangkalnya secara berulang-ulang, lalu
kuciumi dan kukulum topi bajanya.<br />
Hup . . nyaem . nyaem . nyaem .
sssh nyaem . ufh ! Aku bertambah bersemangat dan bernafsu. Batang
kontol itu sedikit demi sedikit mulai bengkak keras dan ngaceng lagi
seperti semula. Whoofhh . . !<br />
”Ayo, tidak usah menunggu besok-besok, Rinto . . batang kemaluanmu kini sodah ngaceng lagi !” bujukku.<br />
Benar benar brengsek . . walau kontol Rinto sudah ngaceng, tapi dia masih ogah- ogahan melayani ajakanku.<br />
oOo<br />
2<br />
A K U segera naik ke atas tubuh Rinto yang sudah terlentang.<br />
”Kalau begitu biar aku yang di atas, sayang . . !”<br />
Tanpa malu malu lagi kududuki kemaluan nya yang tegak perkasa.<br />
Akhhss . . Sleeseeep – Jleps – Sleeep !<br />
Ough . . asyiik sekali rasanya.<br />
Aku segera manik turunkan pantatku dengan bernafsu sekali. Kutekan
pantatku kuat kuat, sehingga batang kemaluannya yang pan jang itu
menyeruak lebih ke dalam lorong vaginaku yang selalu gatal.<br />
Tak
seberapa lama kemi melakukan pari setubuhan, tiba tiba Rinto menggeram
hebat kedua tangannya mencengkeram kedua buah bongkahan pantatku.<br />
”Laras, enak sekali . . Ouugh . . tobat ammpuuuun . . akkhhhhss . .akhu kelluuarr, lagi .<br />
. akhhsss . . !”<br />
Croot ! Croooot ! Crooooots !<br />
Wah, celaka . . Rinto keluar lagi ! Hari ini aku benar-benar sial
kembali lagi. Baru kali ini aku menghadapi laki-laki model pel –
crot atau begitu ditempel langsung moncrot se- macam Rinto ini.<br />
”Kau
sungguh keterlaluan sekali, Rinto ! Benar-benar pemuda tak berguna . .
lebih baik kontolmu dipotong buat makan kucing . . Masa baru semenit
saja . . sudah bocor lagi begini !” umpatku kesal.<br />
”Aku benar-benar
tak tahan oleh permain anmu yang hebat, Laras . . memekmu . . benra-
benar luar biasa nikmatnya . .!” pujinya kepadaku.<br />
”Ah, biasa. Lelaki kalau sudah diberi kenik matan sok memuji ! ”Pokoknya, ayo kita ulangi lagi !” pintaku memaksanya.<br />
”Aku nyerah, Laras ! Aku tak sanggup lagi, kontolku sudah tak bisa ngaceng !”<br />
”Aduh, bagaimana ini, Rin . . kepalaku rasanya pusing minta ammpuun, kepalaku terasa berat sekali !” rintihku.<br />
Lelaki yang lagaknya sok seram itu benar benar tak berkutik, batang
kemaluannya dan semakin mengecil lagi, sedang nafsuku meng gelora hebat.<br />
”Rin, tolongin aku sayang . . . padahal tadi sedang enak-enaknya, kau keluar duluan !”<br />
Kemudian Rinto bangun dari tidurnya. Lalu mengenakan kain anduk, dan
melangkah keluar . . . ” Tunggulah sebentar Laras . . . kuambilkan
sesuatu untuku ?” katanya sambil jalan.<br />
Dalam pikirku, apa lagi
yang mau diambil nya. Sedang pisau cukurnya masih tergeletak di kasur.
Wah, jangan-jangan laki-laki brengsek itu mau ngambil golok atau parang
untuk mencin cangku.<br />
Aku jadi khawatir pada Rinto yang ber wajah seram itu.<br />
Tak seberapa lama dengan terburu-buru dia melangkah masuk menghampiriku.<br />
Digenggamnya sebuah bbenda tumpul ter buat dari karet mirip pelutu kendali.<br />
”Ayo . . bersiaplah . . !” katanya sambil menggenggam benda tumpul itu diacungkan didepanku.<br />
”Siap apaan . . . lagi lagi kau menggertak ku . . . lagi lagi kau mau
membunuhku . . aku seorang perempuan yang lemah Rinto . . tak perlu kau
bunuh pakai senjata begitu . . cukup kau cekik atau kau tendang pakai
kakimu saja<br />
sudah aut . . . !” ujarku emosi karena nafsu birahiku semakin memuncak dan tak tersalurkan.<br />
”Bunuh apaan sih . . . benda ini adalah kontol kontolan karat . . . .
akan kugunakan untuk menusuk lorong memekmu yang sudah gatal itu, Laras
!” seru Rinto sambil mendorong tubuhku ke kasur sehingga aku jatuh
telentang.<br />
”Ya amplop, kukira kau ingin mencabut nyawaku, Rin ?”<br />
Rupanya Rinto membawa kontol kontolan karet yang gede dan panjang. Oough ssshh.<br />
Tentu saja aku segera mengangakan pahaku.<br />
”Ayo, tusuk Rin, lobang memekku sudah gatal bukan kepalang !”<br />
Rinto buru-buru menempelkan ujung ben da tumpul itu ke lobang memekku dan perlahan lahan membenamkan ke dalam.<br />
Sreset – sreset – sleeep !”<br />
”Akkkhhh . . . . . s s s h h h h . . . n i k m a a a a t, Rin . . . !”<br />
Lelaki bertampang seram itu diam mem bisu, sambil matanya memandangi
lobang memekku yang tengah dimasuki oleh benda cumpul dan bulat. Kontol
kontolan karet itu terus<br />
ditimbul tenggelamkan ke dalam memekku. Tak kusangka rasanya nikmat sekali.<br />
”Terus sayang, sodok terus memekku masukkan yang dalam . . aah . . eeh . . ssshh, nikmat sekali rasanya !”<br />
Benda itu tidak begitu keras dan tidak lembek, cukup untuk
mengobrak-abrik seluruh isi memekku. Rasanya pun nikmat sekali, asyik
untuk diresapi. Tidak jauh berbeda dengan keha ngatan kontol lelaki.<br />
Rinto semakin cepat merojok-rojokkan kontol kontolan karet, rasanya pun
semakin ber tambah nikmat. Tetapi kurasakan air maniku keluar.<br />
”Akh
. . ! Ufh . . ssshhh, Rin . . nikmat terus sayang . . tekan . . tekan .
. congkel congkel kan ujungnya !” Bocorlah memekku yang pertama kali.
Namun semangatku masih menggebu gebu untuk mengulangi kenikmatan lagi.<br />
Maka waktu Rinto bertanya, ”Sudah keluar Laras, sudah apa belum ?” Lalu kujawab saja dengan tidak jujur.<br />
”Belum sayang, aku susah keluar air mani nya, yang penting tusuk tusukan yang lebih cepat dan dalam, Rinto !”<br />
Aku terpaksa dusta, karena buat apa capai capai menginap di rumah Anis, kalau cuma keluar air maninya sekali saja !<br />
Lelaki bertampang seram itu agaknya geram dan penasaran pada nonokku yang ku bilang belum keluar air maninya.<br />
Ditusuk tusuknya lebih cepat dan lebih<br />
dalam.<br />
”Nih mampus lhu, biar mampus lhu Laras<br />
!” Sumpah Rinto yang bermaksud menyakiti memekku.<br />
Namun tak terpikir oleh Rinto kalau aku sesungguhnya sedang merasakan
nikmat yang luar biasa. Akhhh, bocorlah memekku yang kedua kalinya.<br />
Crrrottt – crrrottt – crrrottt.<br />
”Aduh Riiiin, ongh enak sayang, nikmat sekali, terus sayang, terus hantamkan benda tumpul itu lebih kuat dan dalam !”<br />
Air maniku sudah keluar banyak sekali namun semangatku masih menyala-nyala ingin mengulangi kemesraan kembali.<br />
”Jangan tinggalkan aku sendiri Rinto, ayo kita main lagi sayang sampai pagi . . !” ajakku.<br />
Rinto masih saja terpaku menatap keindahan memekku yang dihiasi jembut tebal.<br />
”Ayo lagi !” ajakku lagi. ”Ah, gila kamu Laras !”<br />
”Alla, pura-pura kamu Rinto ! kata Hilda dan Emy, kamu mainnya kuat sampai pagi !”<br />
”Mereka bilang begitu padamu, sejak kapan mereka ketemu aku !” ujar Rinto membela diri.<br />
”Katanya waktu dulu ketika mereka menginap di sini !” ujarku.<br />
Rinto mendadak mukanya menjadi merah ”Bohong ! Mereka pada fitnah,awas
kalau samgai mbak Anis tahu kubunuh semuanya nanti !” ancam Rinto di
depanku.<br />
Wah, kumat lagi dia rupanya lelaki seram itu juga ada yang ditakutinya.<br />
Dalam keadaan lengah, kudorong tubuh Rinto hingga jatuh terlentang di
kasur. Dan tanpa buang waktu lagi, segera kutindih kemaluannya yang
mengacung ke atas.<br />
Jleeeph ! Sressets ! Bleeseeekh !<br />
Kuputar
putar pantatku dengan lincahnya, sehingga bonggol batang kontolnya
menyentuh dan menggesek gesek itilku yang sejak tadi mencuat keluar.
Bahkan jembutnya yang lebat itupun ikut menggelitik bibir memekku. Ufh .
. geli tapi nikmat.<br />
”Ayo, angkat pantatmu tinggi-tinggi, sa yang . . ssssh . . eegh . .!”<br />
Rinto menuruti perintahku, maka menye ruaklah batang kontolnya yang hangat itu lebih kedalam lagi.<br />
Namun tak lama kemudian lorong memek ku berdenyut denyut cepat
sekali. Dan akhir nya menyemburlah cairan kenikmatan dari lorong
vaginaku.<br />
”Akhh . . Rin . . ough . . akhu kellluarr akh<br />
! Creeets ! Crreeets ! Creeeets !”<br />
Dengan berakhirnya tetesan air maniku yang keluar, aku segera pulang pagi pagi sekali tanpa sepengetahuan Anis, kakak Rinto.<br />
Semenjak kejadian itu, tak pernah kudengar lagi khabar mengenai kebrutalan Rinto, mungkin dia benar benar telah jera.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="249" data-original-width="202" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3z35QBZb7feCq66qgKaDpxiCLSCT1jKAOHubPel39l-cqpaBxMSi1EJbjBb34XXYdfyEBIwoq51aLDqLThoHKQHTPYq074Vhn7RbbSGZDAjCKnXC9z8OAHfpFz1tl5rop7fqKCp8Ki9f5/s400/images+%252840%2529.jpg" width="324" /></a></div>
Hidup terus menerus seperti aku ini memang tidak enak. Kesana kemari
yang ada di otak hanya kontol lelaki. Walaupun sebenarnya setelah
mendapatkan kenikmatan, aku selalu menyesali perbuatanku sendiri ini.
Dan yang terlebih memusingkan lagi adalah memikirkan Fitri temanku. Dia
cewek bandel seperti aku juga.<br />
”Khabar gembira bagi kamu yang mau ikutan, Laras !” ujarnya konyol.<br />
”Eh, sok serius sekali kau ini, Fitri ! Ada khabar berita apa sih !” tanyaku serius.<br />
”Rumahku lagi kosong. Kedua orang tua ku sedang pulang kampung urusan warisan !”<br />
”Sloompreeet ! Itu sih khabar gembira untuk kamu doangan, perek !” cemoohku.<br />
”E . e . eeeh, tunggu dulu ! Bukan itu maksudku, nyong monyong !”<br />
”Lalu maksudmu apa, Fitri ?”<br />
”Kita bawa saja si Dino ke rumah, Ras !” bisiknya kepadaku.<br />
”Tega benar kamu, Fitri. Dino kan masih sekolah. Jangan ganggu dia !”<br />
”Ah, persetan ! Anak itu pernah mencium pipiku sekali, waktu aku buang air besar di W.C. Umum !” ujarnya serius.<br />
”Tidak sengajabarangkali, Fitri ! Jangan mengada-ada kamu !” Sangkalku.<br />
”Tidak sengaja apaan, Dino tidak hanya mencium pipiku, melainkan meremas indo-milkku<br />
!”<br />
”Hi . hi . hi salah siapa, tetek segede paya bangkok . . !” ejekku.<br />
Fitri terus memaksaku agar rencananya terlaksana. ”Kita kerubuti berdua, Laras ! Biar kapok ?!”<br />
Akh, itung-itung teman masuk keneraka. Malam harinya aku datang ke rumah Fitri.<br />
Ternyata Dino berhasil dibujuknya. Namun nampaknya masih ngobrol biasa.<br />
”Berdua dengan siapa kau, Fit ! Kok asyik betul ?” sapaku pura pura.<br />
”Berdua Dino, adik keponakanku ?” kata Fitri mulai tengal.<br />
Lagaknya kaya betulan punya adik kepo nakan. Setelah kupandangi dengan
seksama ternyata wajah Dino sangat tampan. Keci-kecil berkumis, banyak
bulunya, aku jadi bergairah untuk mengerubutinya.<br />
Tak seberapa lama Dino ingin pulang karena memang hari sudah malam.<br />
Tetapi mana bisa lolos dari cengkeraman kami. Fitri buru buru menyergapnya.<br />
”Kenapa buru-buru pulang, Dino !” tanya Fitri sambil menarik tangan Dino.<br />
”Malu, mbak . . ada mbak Laras ?” bisik Dino pada Fitri.<br />
”Tidak apa-apa, Dino. Mbak Laras baik orangnya, dia biasa main kemari ?” bujuk Fitri,<br />
dan akhirnya Dino kembali duduk, sedang Fitri berbisik kepadaku :<br />
”Kita peras dulu santannya, Laras ? Ba ru kita lepaskan buronan kami ini ?”<br />
”Buronan, Fit ?”<br />
Fitri mengangguk, ”Apalagi namanya ?”<br />
Tentu saja aku mengangguk setuju apa yang dikata Fitri.<br />
”Ya . . ya . . shiiplah ?” ujarku semangat.<br />
oOo<br />
3<br />
D I N O terpaku melihat aku mengunci pintu, sedang Fitri duduk berpelukan menemani nya di sofa.<br />
”Eeeeh . . kok di kunci !” tanya Dino kepadaku.<br />
”Biar . . biar aman Dino !” Namun dalam hatiku biar tidak bisa keluar kau anak manis.<br />
Tiba tiba Fitri menyerang duluan, Dino ditubruknya dengan sangat bernafsu dan kasar.<br />
Aku segera mendekati mereka. Dino dalam keadaan tak berdaya menahan serangan<br />
Fitri
yang buas dan kesetanan. Lelaki muda belia seumur tujuh belas itu bagai
di rajang oleh Fitri yang pengalaman Sexnya setarap denganku.<br />
”Sabar . . mbak . . . ah . . aduh aku . . aku kok ditelanjangi begini sih !” ujar Dino serak tapi pasrah.<br />
Rupanya lelaki muda yang tampan itu tahu maksud keinginan Fitri.<br />
”Tenang Dino . . tenang sajalah kamu menurut saja, ya sayang, ingin
kutelanjangi tubuhmu. Pokoknya nikmattt !” desis Fitri tanpa malu malu.<br />
”Nanti . . dilihat mbak Laras. Malu, ah !” Kembali Dino bersunggut
dan mencoba melawan, namun Fitri lebih cepat menarik celana kolor Dino,
tapi cukup kerepotan kelihatan nya.<br />
Maka aku berjalan lebih dekat mereka.<br />
Tiba-tiba Fitri yang tengah kerepotan membuka celana kolor Dino itu berteriak minta tolong kepadaku.<br />
”Laras, ayo bantu aku ini goblok . . malah bengong kaya patung . .
cepat tarik celana Dino yang tinggal sedikit lagi terlepas!” bentak
Fitri kepadaku.<br />
”O . . ya . . !” kutarik celana kolor Dino ke bawah lututnya hingga terlepas.<br />
Fitri
tidak tahu kalau aku sesungguhnya tidak sedang bengong, melainkan
kepingin, karena dengan sikap Fitri yang serba main paksa begitu
memandang nafsu birahiku. Sifat lamaku jadi kambuh. Lagi-lagi berebut
lelaki dengan Fitri yang brengsek itu.<br />
Aku tak mau kalah duluan
untuk me ngerjai Dino yang nampak segar bugar meng gairahkan sekali itu.
Hatiku masih di liputi balas dendam tempo hari pada Fitri yang main
serobot lelaki teman kencanku di rumahnya.<br />
Kudorong tubuh Fitri kesamping hingga terlepas dari pergumulan.<br />
”Aks . . sialan, lhu Ras . . main serobot sa ja. Bagianmu belakangan monyet !’ Sumpahnya kepadaku.<br />
Mana aku mau peduli. Kini gantian aku yang berada di atas tubuh Dino.
Sedang Dino tak bisa apa-apa, hanya tatapan matanya di liputi ke heranan
melihat sikapku dan sikap Fitri.<br />
Namun tidak kurang semangatku untuk menggumuli tubuhnya.<br />
Fitri gantian mencoba untuk menarik tubuhku. Namun aku lebih kuat mencengkram tubuh Dino.<br />
Terjadilah tarik menarik antara aku dan<br />
Fitri.<br />
”Aku duluan, Laras . . . !”<br />
”Jangan Fitri ! Aku duluan saja yang naik ke atas tubuh Dino !” Tolakku.<br />
Dino hanya diam saja sambil memperhati kan kami yang sedang berebut tempat.<br />
”Sebentar saja, laras, asal masuk bebe rapa putaran pasti aku mmencapai puncak kenikmatanku !” rengek Fitri merayuku.<br />
”Pokoknya, tidak boleh, aku tidak mau be kas kamu, Fit !”<br />
Kulihat batang kemaluan Dino semakin tegak ke atas, menantang mangsanya. Fitri menarikku lagi.<br />
Gantian aku yang tersungkur dilantai, lalu kubalas lagi dan dibalas lagi.<br />
Kami tak ada yang mau mengalah. Karena kami sama-sama merebutkan obat awet muda.<br />
Kalau
begini caranya akan repot, mengha biskan waktu saja, timbul dalam
fikiranku untuk memecahkan masalah ini kepada Fitri yang keras kepala.<br />
”Kalau tidak mau gantian, kita kerjain ba reng saja, Fit ! aku yang bagian bawah dan kau yang bagian atas !” ujarku.<br />
”Baiklah !” jawab Fitri.<br />
Kami
sama-sama menyerang tubuh Dino. Fitri jongkok dengan menyodorkan
memeknya ke mulut Dino. Sedang aku asyik mengulum batang kemaluan Dino
yang bengkak dan keras ujung nya mirip jamur.<br />
Kusedot sedot, kukulum
kulum sambil sebelah tanganku meremas remas pantat Fitri yang montok,
mengembang mengempis kurang ajar membelakangiku.<br />
Fitri memang juga
keranjingan. Belahan memeknya yang gede bulat berlendir itu ditempelkan
kemulut dan hidung Dino. Sehingga pernapasan Dino tersumbat dan
tersengal sengal oleh daging hangat yang berbulu lebat itu ”Ayo
issssaap, anak manniiss. Sedooot . . Sedoott daging yang mencuat merah
didepanmu itu, sayang . . ” rintih Fitri smbil mengusap-usap rambut Dino
”Nah begitu, itu namanya itttiill, sayangg . . ayooh isaaap terus,
Dinno . . ouuggh<br />
. . nikkkmmmaatnya !” Fitri hanyut dalam kenikmatannya.<br />
Dalam posisi seperti itu sangat mengun tungkan bagiku.<br />
Kusedot-sedot dengan lembut sekali, se hingga menggelepar geleparlah
tubuh Dino. Kemudian kedua kakinya mengejang hebat, Dino merintih rintih
menahan nikmat yang luar biasa oleh isapan mulutku yang hangat.<br />
”Adddduuh, nikmat sekaliii !” rintih Dino sambil menjilati lobang memek Fitri.<br />
Maka memek Fitri yang menanggung amukan kebuasan mulut dan lidah Dino
sebagai pelampiasan gejolak nafsunya akibat serangan mulutku.<br />
”Diiiinnooo. Nafsu amat sih kamu ?” seru Fitri sambil menggelinjang gelinjangkan tubuhnya kesana kemari.<br />
”Terrrruss sayangku, isap terus memekku yang gurih ini . . ?” kembali Fitri mengomentari Dino penuh semangat.<br />
Namun Dino gerakan mulut dan lidahnya tak selincah tadi.<br />
Tiba tiba Dino menjerit dan kedua mata nya melotot.<br />
”Akkkkhhhh, nnniiikmmmat sekaliii, aku tiddddaakk taahhhann, mbbaak, ouugh asyik nyyyaaa ! !” bobollah pertahanan Dino.<br />
Air maninya yang putih dan kental melun cur cepat sekali. Tentu saja kusambut dengan ngangaan mulutku yang lebar.<br />
Crrrrroooottt . . crrrroot . . crorroott ! Auuffh . . gurihnya . . nyam
nyam nyam, lezat sekali air mani Dino ini Kutelan semuanya sampai
kering. Fitri sengaja tak kusisai. Ooouch<br />
asyiknya seketika tubuhku menjadi segar akibat meneguk air mani Dino.<br />
Ketika cairan jezat itu habis Dino tu buh nya menjadi lemas sedang
keadaan Fitri se dang memuncak birahinya. Maka ia jadi ka lang
kabut sendirian ”Ayo, Diinoo ? Kenapa berhenti meng hisapmu ?” seru
Fitri agak marah, dan kebingung an.<br />
”Aku lemasss, mbak ?” jawab Dino. ”Kenapa tiba-tiba lemas, Din ?” ujar Fitri<br />
sambil menengok ke belakang. Ia melihat mulut<br />
ku yang asyik menikmati sisa sisa air mani Dino yang tertumpah . . . ” Pantas kau lemas, Din. Pejumu sudah keluar, ya ?!”<br />
Senjata makan tuan, kini aku dan Fitri sama sama menahan gejolak nafsu birahi yang belum tersalurkan.<br />
Akhirnya tanpa memikir panjang lagi ku serang tubuh Fitri yang padat dan sexi itu.<br />
Kutarik tubuhnya ke lantai, kemudian de ngan sangat bernafsu
kuremas-remas susunya yang gede bulat seperti pepaya bangkok. Oug indah
sekali, padat dan berisi, aku bernafsu untuk mengisapnya.<br />
”Akhsss, Larrraass . . ough nikmatnya.” Fitri terus mengerang menahan nikmat.<br />
Buah dadanya semakin mengeras karena nafsu.<br />
Sejak tadi Dino belum sempat menyentuhnya. Kini mulai kuisap isap pentil susunya dan kuremas remas dengan gemas.<br />
”Terrruus. Larrras . . ough nikmat sekali rasanya . .”<br />
Rupanya Fitri tak mau tinggal diam, kedua tangannya ikut menggerayangi
buah dadaku yang tak kalah montoknya dengan punyanya. Fitri juga sangat
bernafsu meremas remas bulatan susuku, kemudian diselingi dengan
pelintiran pelintiran petil susuku yang runcing dan berwarna merah
jambu.<br />
Asyik sekali rasanya !<br />
”Ssssss, Fiiit, ouh nikmatnyaa ?!”<br />
Kami berdua sama sama saling meremas payudara. Dan setelah aku merasa
puas, pandanganku beralih pada perut Fitri bagian bawah. Gumpalan daging
yang menggunduk di selangkangannya yang sudah basah oleh lendir itu
segera kuusap-usap dengan mesra. Jembutnya yang tebal subur itu
kugerai-geraikan dengan lembut.<br />
Akhh . . ssssh . . oough . . betapa
indah nya memek Fitri ini . . ! Tanpa membuang waktu lagi, segera
kutundukkan kepalaku agar lebih dekat pada memeknya, lalu kutempelkan
bibirku pada bibir kemaluannya yang basah.<br />
”Laras . . ssssh . . oogh . . akhh . . !” rintih Fitri mulai merasakan kenikmatan.<br />
Hidung dan lidahku yang panjang mulai mengendus-endus dan menjilati
lorong memek nya yang penuh lendir. Seketika itu juga bi bir
memeknya mengembang – menguncup de ngan indahnya. Namun begitu mulutku
juga tidak ketinggalan untuk mengecup sekerat da ging merah yang
mencuat di atas lobang me meknya.<br />
”Ough . . itttiillkuu . . itilku terrassaaa nikmat sekali kau sedot sedot begitu !”<br />
Fitri mulai meracau tak karuan. Sedang nafsuku semakin menggelora
mengerjainya, li dah kutusuk-tusukkan lebih kedalam lagi ke dalam lobang
memeknya yang berbau harum dan terasa gurih.<br />
”Ah . . sssh . . Larasssh . . ampuuuun, nikmat sekali rasanya . . kau hebat, sayang, eeegh akhhhss . . enaakkk !”<br />
Rupanya pertahanan Fitri kuat sekali, su dah hampir setengah jam kujilati memeknya masih belum mencapai puncaknya juga !<br />
Akhirnya untuk melampiaskan rasa pe nasaranku, kutusuk tusuk lobang memeknya de ngan jari jariku.<br />
”Nih, rasakan anak bandel ! Jleep . sre seeet . jleeeeep . sreeets !”<br />
”Laarraaaas . . tooobbaaaat . . aakkuuu tidak kuaattt, akhu tidak tahan
dengan per mainan jari telunjukmu, sayaang. Ogh . . aku keelllluuaaarr
!”<br />
Fitri berteriak sejadi jadinya sambil men jepit jari telunjukku
dengan memeknya kuat sekali. Dan seketika itu juga menyemburlah air
maninya yang bening dan kental dari lobang memeknya.<br />
”Akkhhs ?!”<br />
Croooot ! Croooott ! croooots !<br />
Jari telunjukku segera kucabut, kemudi an sambil nungging kureguk cairan kental itu dengan lahapnya.<br />
Namun ketika aku sedang asyik asyiknya menikmati air mani Fitri, tiba
tiba Dino me nubrukku dari belakang, dan kontolnya yang ngaceng itu
langsung di tusuk tusukan ke lo bang memekku dari belakang dengan
nafsu. Tentu saja aku senang sekali, karena dapat mengobati liang
memekku yang sangat gatal.<br />
Jleep ! Sleep ! Jleesep ! Sreeseeet ! ”Dino, kau pintar amat, sih ! Tanpa aku<br />
suruh, kau sudah tahu kalau memek mbak La ras sedang kegatalan batang kontolmu !”<br />
Dan tanpa banyak membuang tenaga bo bollah benteng pertahananku, karena memang sudah sejak tadi nafsuku sudah membara.<br />
”Niikmmaaaat . . nikmaatt sekali, Dino teruuuss sayaaang . . hantaam yang kuaaaat biar air maniku keluar lebih banyak !”<br />
Creeets ! Creeets ! Crreeeets !<br />
Dino bagaikan mendapatkan kekuatan dari dewa. Semangatnya berkobar
kobar me nyetubuhiku dari belakang. Mungkin dia juga senang dengan
posisi nungging yang sedang kami lakukan saat ini, karena tak seberapa
lama kemudian air mani Dinopun menyembur.<br />
”Akh . . ssssh . . nikmat
sekali, mbak. Memekmu enak sekali . . . sssh . . eghh . . wuo . . oough
aku keluarrr !” Dino memujiku.<br />
”Terus, sayangku, keluarkan yang banyak aku senang sekali basah oleh air manimu ?”<br />
Hari sudah larut malam aku pulang sendi ri, ditengah jalan aku dihadang
oleh lelaki, siapa lagi kalau bukan Boy yang bernafsu akan menga
winiku. ”Yuk, Ras ! Nonton film layar tancap ?” ajak Boy.<br />
”Yuk, Boy ?” aku tahu maksudnya paling- paling ia ingin memamerkan kecantikanku.<br />
oOo<br />
4<br />
BOY yang semula kukira alim ternyata sangat buas. Dalam keremangan
malam diba wah pohon kecapi, tangannya yang tak mau di am itu mulai
melorotkan celana dalam, kemudian menaikkan rok bikiniku ke atas.<br />
Lalu dengan ilmu apa lagi aku tidak per hatikan tau tau lobang memekku
yang teramat sempit ini sudah kemasukan kontolnya yang hangat.<br />
”Auih
s s s Edddyy, eeeennak !” bisik ku lirih karena kanan kiriku padat
oleh pe nonton yang lagi asyik melihat film komedi.<br />
Namun keadaan seperti itu tak mengu rangi semangat Edy untuk memaju mundurkan pantatnya dari arah belakang.<br />
Memang asyik sekali, menonton film, sambil menikmati kehangatan kontol Edy yang menyusup ke lobang memekku.<br />
Namun aku penasaran ! Bagai dendam tak terbalas, kubiar Edy sendiri yang tengah kesetanan menggerayangiku dari belakang.<br />
Walau keadaan yang bagaimanapun aku tetap berdiri tegak membelakangi Edy.<br />
Hanya sesekali aku menjingkitkan pan tatku kalau kurasakan kemaluan Edy yang gede panjang itu merojok terlampau kedalam.<br />
”Eddyyy, aahh sssh !” kerap kali aku merintih.<br />
Persetubuhan seperti yang kami lakukan ini memang asyik kalau dilakukan
sambil me nonton layar tancap, orang lain tak menyangka kalau kami
sedang asyik bersetubuh. Seolah olah seperti orang yang sedang
berpacaran saja.<br />
Karena disamping nikmat yang tiada tara, kami bisa sama sama menikmati film komedi.<br />
Yang sangat lucu, tanpa banyak menge luarkan tenaga aku bisa mudah mencapai pun cak kenikmatan.<br />
Air maniku keluar banyak sekali, tentu saja rasa kenikmatannya berkepanjangan.<br />
Benar benar aku merasakan nikmatnya sorga dunia yang tiada tara.<br />
Edy memang sangat luar biasa orangnya ia sangat jempolan untuk mentrapkan keadaan dan posisi.<br />
Dalam situasi yang menyulitkan begini masih bisa kami lalui dengan kenikmatan.<br />
Tidaklah heran kalau teman temannya pa da menjuluki SI SETAN MEMEK LAYAR TANCAP !<br />
Jam empat pagi tontonan sudah bubar. Sejak tadi aku geram pada Edy ! Awas nanti kalau melewati rumah kosong di dekat sawah itu<br />
! Ancamku . . . . Lumayan, disamping tempatnya sepi, sana sini ditumbuhi pepohonan yang rimbun.<br />
Aku sengaja memperlambat jalan, kupe luk tubuh Edy mesra sekali.<br />
Setelah kurasakan sangat sepi kutarik tubuh Edy memasuki rumah kosong yang tidak dikunci.<br />
Dilantai telah tersedia tikar, mungkin be kas orang lain bersetubuh !<br />
Betul juga, di sana sini berceceran air mani yang masih hangat, seperti baru saja ter jadi pertempuran sengit di sini.<br />
Rupanya Edy si buaya darat itu sudah tahu maksudku. Dia buru buru
menanggalkan pakaiannya hingga bugil. Demikian pula dengan aku, tak
sehelai benangpun menempel di tubuhku.<br />
”Akh . . gila !” Aku benar-benar terperanjat melihat benda antik yang bergelayutan di antara kedua pangkal pahanya.<br />
Ya, ampuuuun ! Pantas gedenya seperti gada Menak Jingga ! Dan tentu saja aku segera menyambutnya dengan gembira.<br />
Ufhh
. . ssssh . . nyaem – nyaem – nya- emm . . duuh nikmatnya rasa daging
hangat milik Edy ini. Batang kemaluannya yang gede panjang itu kukulum
dengan mesra.<br />
Memang paling lezat sarapan pagi dengan menguyah-nguyah daging alot.<br />
Benda hitam itu kukeluar masukkan ke dalam mulutku.<br />
Kusedot-sedot ujungnya yang berbentuk topi baja . . . Mekar dan mengkilap sangat merangsang sekali.<br />
Dari ujung lobangnya mengalir cairan lendir yang bening. Rasanya gurih, nikmat sekali untuk diresapi.<br />
Benda lunak dan keras itu terus kusedot- sedot, dan akhirnya keluarlah
cairan yang lebih kental banyak sekali, mirip santan, rasanya sangat
gurih dan lezat !<br />
Aku memang sangat doyan cairan seperti<br />
ini.<br />
”Aufh sssssh, Larrrrras, nikmat sekali,<br />
sayang !!” Edy terpekik menahan nikmat, air maninya menyembur banyak sekali.<br />
Aku jadi ketagihan. Kembali kuurut urut batang kontolnya yang mulai
tegang lagi. Se karang mampus lhu . . kubikin habis pejuhmu hari ini !
Demikian ancamku dalam hati.<br />
Setelah batang kontol Edy benar benar telah ngaceng , segera kukeluar masukkan ke dalam mulutku dengan penuh nafsu.<br />
”Ufh . . gurihnya kontolmu, sayang . . egh<br />
. . ufh . . sssh . . !” aku benar benar bernafsu melayani Edy dengan mulutku. Karena memang sudah lama aku tak mengulum kontol.<br />
Di rumah kosong itu Edy aku bikin tidak berdaya, karena aku melayaninya
dengan ber sungguh sungguh. Dalam hatiku, rasanya pemba lasanku yang
lebih kejam ini !<br />
Begitu, terus berulang ulang, sampai se tetes lendirpun tak mampu keluar dari ujung topi bajanya.<br />
”Toobuaaaat, Laras ! Sssu – sudddaahh jangan diisap lagi kontolku . . akhhh !”<br />
”Kalau begitu kau tak pantas jadi sua miku, Edy. Kau tak bisa memenuhi syarat !”<br />
”Ya – ya, tidak apa apa. Yang penting lepaskan batang konnolku, Laras. Aku benar- benar sudah tidak kuat !” rintihnya<br />
Akupun segera melepaskan kulumanku Ploooopohhhhh !<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-54579076562065831502018-08-14T12:39:00.003-07:002018-11-24T10:35:37.729-08:00Kumpulan Cerita Sex Pesta Sex Dengan Tante Dan ketiga Anaknya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://draft.blogger.com/"><span id="goog_1132848681"></span><img border="0" data-original-height="260" data-original-width="194" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWxa28mB5ilKN2G-u0IrlpDZPuA2O-pg71KkD9C-awGn7tfe-pjBvdcFrh209wLRxKp0b8MPe9L0_eBzZj8RGQm26-_rrK25tDp5ENLq4VN2Ok1wSlm5GtFTltP2URfzN-7BeX77zpHnKv/s640/images+%252843%2529.jpg" width="477" /><span id="goog_1132848682"></span></a></div>
<b><span style="color: red;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Kumpulan Cerita Sex 2018</a> -</span></b> Pesta Seks Bersama Tante dan Anaknya. Pada bulan Mei tersebut aku pergi
ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari
pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis.
Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada
mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,<br />
Hey.. kok.. melamun? katanya.<br />
Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.<br />
Eee.. Ditanya kko masih diam sih? wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,<br />
Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?<br />
Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?<br />
Kemana Tante? tanyaku.<br />
Gimana kalau ke rumah Tante aja yah? karena aku dalam keadaan bingung
sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.<br />
Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super
elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada
cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka
ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah
Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak
Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang
kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1
SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di
Jakarta.<br />
Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama
bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang
yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas
pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey,
rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah
terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante
rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,<br />
Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam? yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.<br />
Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai, kata Mbak Hanny.<br />
Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan
Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi
Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan
yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.<br />
Nah dewa sekarang tinggal kita berdua, katanya.<br />
Mrmangnya ada apa tuh Tante? kataku heran.<br />
Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak, begitu timbalnya.<br />
Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante
malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki,
sambil memeluk aku dan memohon,<br />
Yah sayang? Mau kan? katanya lagi<br />
Ii.. Yaa, mau.. Tante? jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.<br />
Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia
langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah
seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah
setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya.
Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya
semakin nafsu. Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23
tahun saja yah? gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya
yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan
sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas,
enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi
vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat
Tante menari-nari.<br />
Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku
dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan
vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke
dadaku. Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass..
aahh.. oohh.. desahku.<br />
Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta, kata Tante Mey.<br />
Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan
jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat
basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis
menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan
menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.<br />
Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?<br />
Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.<br />
Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?<br />
Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.<br />
Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet
masukin saja penis kamu cinta? Tante Mey meringis memohon.<br />
Kemudian
aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat
ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless..
Bleess.. Bblleess..<br />
Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?<br />
Kenapa Tante?<br />
Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?<br />
Ooohh..? jawabku.<br />
Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis, katanya.<br />
Selang beberapa menit,<br />
Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?<br />
Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?<br />
Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis
lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess..
Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente
Mey menjerit.<br />
Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang? lalu aku mulai
memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali.
Tante Mey mengerang dan mendesah.<br />
Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii..
penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus..
Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..? ceracaunya.<br />
Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan? timbalku.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="260" data-original-width="194" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7rr38tAVXprR98TfyhMVh6HfQngaFEujWbchBHvBxFoxGJQACFKG_kj5VaEYwfdUNo5DzSj_fkYgdgc92ANO2tqJ9KQ5bTOA6v2R8kOcB4WKQpfgj25xLBzkUI7oFcI4KlQ1Iypq2bQ64/s400/images+%252842%2529.jpg" width="298" /></a></div>
Tiba-tiba, Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?<br />
Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?<br />
Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak
sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.<br />
Tante aku mau keluar nih..? kataku, Dimana nih keluarinnya..?<br />
Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?<br />
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..<br />
Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..? erangku.<br />
Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran
yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum
dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,<br />
Ada apa Mbak? tanyaku.<br />
Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,<br />
Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..<br />
Dia mempertegas, Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah
kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak
muasin vagina Mbak, sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus
vaginanya.<br />
Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara
untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku, jawabku
vulgar.<br />
Kita entotannya dilantai karpet aja yah? kata Mbak Hanny.
Tapi masih di kamar tersebut, Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu
entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang,
dia mempertegas.<br />
Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun
bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan
gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan
penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi
aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess..
Bless.. Bleess..<br />
Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..? erangnya.<br />
Sakit Mbak? tanyaku.<br />
Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?<br />
Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?<br />
Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..? sambil aku menggoyangkan pinggulku,
terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan
sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga
kenikmatannya.<br />
Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?<br />
Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya
enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin
tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin
vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.<br />
Iiihh.. Kakak lagi
ngapain? mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan
Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.<br />
Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,<br />
Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?<br />
Ii.. ittuu.. ada..?<br />
Ada apa? katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan,
terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai
benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,<br />
Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!<br />
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama
sudah telanjang bulat. Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang? kata
Mbak Hanny.<br />
Kak aku ingin ngerasain dientot yah? tanya Shelly sama kakaknya.<br />
Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa, timbal poppy.<br />
Iyah kan Kak? tanya poppy pada Shelly.<br />
Iyah nih.. Gimana sih..? timbal Shelly.<br />
Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut? terus mungkin sudah
terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil
semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.<br />
Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?<br />
Sini jangan ribut.. kata Kakaknya lagi, Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis Tanya kakaknya.<br />
Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..<br />
Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.<br />
Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..? erangan Mbak Hanny.<br />
Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali<br />
Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai
membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku
dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku
habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak
tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang
seger-segernya seperti buah yang baru matang.<br />
Akhirnya kembali lagi
aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot
vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan
penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.<br />
Benar nih, vagina kamu mau aku masukin? tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.<br />
Mau sekali Kak..? jawabnya.<br />
Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau
vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan
nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia? jawab polosnya.<br />
Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..<br />
Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..? sambil dia mengedangah
ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas
sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.<br />
Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?<br />
Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.<br />
Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak? katanya.<br />
Iyah Shelly sayang, gimana enak kan? tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.<br />
Enak.. sekali.. Kak Dewa..<br />
Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi? lalu aku
kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett..
Ccroott..<br />
Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh.. eranganya.<br />
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia
ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah
yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan
lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku
belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya,
Mbak Hanny.<br />
Sudah dong kak..? kataku pada Mbak Hanny.<br />
Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini? kataku lagi<br />
Iyah Kak Hanny, sudah dong kak? kata Poppy.<br />
Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama
penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali? katanya memohon agar
Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.<br />
Akhirnya kami
berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy
sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak
Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.<br />
Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP
jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat
kuat sekali.<br />
Bleess.. Bless.. Bleess..<br />
Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh.. Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.<br />
Sakit yah? tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.<br />
Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa..
Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan
berdenyut-denyut, katanya.<br />
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.<br />
Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah.. ceracaunya.<br />
Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.<br />
Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..<br />
Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,<br />
Aku mau keluar nih?<br />
Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..<br />
Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..<br />
Crott.. Croott..<br />
Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..? eranganya.<br />
Makasih.. Yah kak..? sambil dia tersenyum.<br />
Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.<br />
Aku mau keluar nih, dimana sayang? tanyaku.<br />
Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..<br />
Ccrroott.. Crroott.. Crott..<br />
Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.<br />
Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante.<br />
<br />
<br />
<br />
<br /><span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-13152140936178283152018-08-14T12:20:00.003-07:002018-11-24T10:36:56.755-08:00Kumpulan Cerita Sex Melayani 2 Tante Tante Kesepian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="540" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjACifqX0EXY5XWtavBaR28PI6c2iwOt7e0mzgXwGWsPnpgoLg_WyC3ewuhrsXMIKIaOGtoJEl20FkWgDETCogJZTsEUrYhA7Zj5CEsI1bJZLpnCaiPwgs_Fj-NQ77I9KbmbJuxryYfXjIZ/s640/c1a047cb4932f93c6fb1dc0077f3dd9b.jpg" width="512" /></a></div>
<span style="color: red;"><b><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Kumpulan Cerita Sex 2018</a> -</b></span> Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku
di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku Dengan berlari kecil
menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke
rumahku adalah Tante Lisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia<br />
“Hi Dedi apa kabar Sayang,” kata Tante Lisa<br />
“Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu<br />
“Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich ” kataku<br />
“Oh ya Ded silakan ” balasnya<br />
Seketika
itu juga aku beranjak ke dapur Dua menit kemudian aku kembali ke ruang
tamu lagi Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Lisa<br />
“Ded, kenalin nich temen tante,” katanya<br />
“Nining ” katanya<br />
“Dedi ” balasku<br />
Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Lisa mengajakku untuk ML bersama-sama<br />
“Ded, puasin kita dong mau khan?” kata Tante Lisa<br />
“Boleh kapan?” tanyaku pura-pura bodoh<br />
“Yach sekarang dong masa tahun depan sich,” kata Tante Nining<br />
“Ded Tante Lisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Nining tertarik mau nyobain permainan kamu Ded,” katanya<br />
“Ah, Tante Nining ini ada-ada aza,” candaku<br />
Kemudian
aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka,
tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Nining dari
luar bajunya, dan kulihat Tante Nining mendesis, dan dia hanya diam saja
sewaktu tanganku memainkan payudaranya<br />
Lalu aku mulai mencium
bibirnya, bibirku dibalas oleh Tante Nining dengan ganasnya Lidah kami
saling berpautan dan air ludah kami saling telan Melihat aku dengan
Tante Tining sedang asyik bercumbu, tangan Tante Lisa mulai bergerilya,
meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku<br />
3 menit
setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante
Nining, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku Lalu kami
bertiga masuk ke kamarku Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan
pakaiannya masing-masing hingga bugil<br />
Alamak aku sempat tertegun
melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan
mereka yang indah itu Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari
mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Lisa sangat lebat
dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Nining bersih tanpa bulu<br />
Setelah
mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta
celanaku hingga bugil Lalu aku naik ke atas tempat tidurku Aku mengatur
posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Nining kusuruh naik ke atas
wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya
dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan
jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkan
Tante Lisa kusuruh mengerjai batang kejantananku<br />
<br />
Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke
dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya
Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh
Tante Lisa<br />
Selang 10 menit aku melihat Tante Lisa mulai mengubah
posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku
diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan , “Bleess bleess ”
masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan
sudah basah<br />
Lalu Tante Lisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar
suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Lisa, “Hhhmm
aakkhh aakkhh hmm ” Tante Lisa terus menaik-turunkan pantatnya dan
sesekali memutar-mutar pantatnya<br />
Saat menikmati hangatnya liang
kewanitaan Tante Lisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok
jariku ke liang kewanitaan Tante Nining Ketika sedang asyiknya menjilat
liang kewanitaan Tante Nining, lidahku merasakan suatu cairan kental
yang keluar dari liang kewanitaan Tante Nining, lalu kusedot dan kutelan
air kenikmatan Tante Nining itu dan kubersihkan liang kewanitaannya
dengan lidahku<br />
Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Lisa sudah
tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreett crreett ” air maninya mangalir
deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Lisa kerkulai
lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari
liang senggamanya<br />
Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Nining
kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke
liang senggamanya, “Bleess bleess ” aku mulai mengocok-ngocok batang
kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus
memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas
payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu<br />
Rintihan nikmat
pun terdengar dari mulutnya, “Aakhh aakkhh terus sayang enak aakkh hhmm
” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di
balas juga oleh Tante Nining dangan memaju-mundurkan pantatnya<br />
Selang
20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Nining
tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka
lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang
kewanitaannya dan , “Bleess bless ” batang kenikmatanku masuk ke liang
kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku<br />
10 menit
kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aakhh akhh Say, Tante
udah nggak tahan lagi pengen keluar ” rengeknya “Dedi belom mo keluar
nich Tan kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet
creett creett ” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya<br />
Dan dia
pun terlihat lelah karena puas Karena aku belum mencapai puncak
kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu
kaki Tante Nining diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak
diangkat, sedangkan posisi tubuh miring)<br />
Kukocok-kocokkan batang
kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit
kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan,
lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak
kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa
nikmat yang terdengar dari mulutnya<br />
“Ouw aahhkk aakkhh aakhh ”
kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Nining
dan, “Creet creett creett ” spermaku muncrat di wajahnya Lalu batang
kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta dibersihkan oleh Tante Nining
dengan lidahnya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu<br />
Lima
belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh
tante itu, batang kejantananku sadah mulai berdiri lagi dan mengeras,
kini sasaranku adalah Tante Lisa. Kuangkat tubuh Tante Lisa dan aku
menyuruhnya menungging, lalu batang kejantananku kuarahkhan ke lubang
pantatnya dan,<br />
“Bleess bleess ” batang kejantananku sudah masuk ke
dalam lubang pantatnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang
kejantananku di pantatntya, “Aaakkhh aakkhh hhmm ” cuma itu yang keluar
dari mulut Tante Lisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya<br />
Selang 5
menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan Tante
Lisa duduk di atas selangkanganku menghadapku Lalu, “Bless bleess ”
kini batang kejantananku bukan di lubang pantatnya lagi tetapi
dimasukkan ke liang kewanitaannya<br />
Tante Lisa mulai menaik-turunkan
pantatnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari
posisi itu aku meremas-remas kedua payudaranya dan kusedot-sedot
bergantian, kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar
suatu cairan dari putingnya Domino QQ<br />
Ternyata yang keluar itu
adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali
Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan Tante Lisa Setengah
jam kemudian aku dan kedua tante tante kesepian itu sama-sama mencapai
puncak kenikmatan dan,<br />
“Creett crreett creett ” kami berdua keluar
dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang
masih menancap di liang kewanitaannya. Aku dan kedua tante tante
kesepian akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun
melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi
saat kami mandi bersama<br />
Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai kemudian kedua tante tante kesepian itupun pulang.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-59654652234275366792018-08-14T12:11:00.003-07:002018-11-24T10:38:19.375-08:00Kumpulan Cerita Sex Bercinta Dengan Istri Juragan Beras <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="272" data-original-width="185" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAqYHJUPAZBYZbs55wh9tKZIWNRIirvU9ro8ySALr8WAOdGcM8eT-H_5sYJ1o1LJGDqpOZloNyNboAgy8J6qNL7p4QWJQ4-wmg66gPxt_b2zhdIGrUye5dz9dmvaNMw28q-qKEh5Jcye-B/s640/download+%25288%2529.jpg" width="435" /></a></div>
<b><span style="color: red;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Kumpulan Cerita Sex 2018</a> -</span></b> Aku (Hanif) lelaki berusia 39 tahun. Akhir2 ini, tiba-tiba<br />
aku teringat ketika baru saja selesai menamatkan pendidikanku di SMA tahun 1984.<br />
Sebut saja Kecamatan XXX pada salah satu Kabupaten di Sulsel. Ketika itu aku<br />
menghadapi permasalahan yang hampir sama dengan permasalahanku saat ini yakni<br />
bentrok dengan keluarga. Hanya saja ketika itu, aku bentrok dengan orang tuaku,<br />
sedang saat ini aku bentrok dengan istri.<br />
Ceritanya, hanya persoalan sepele yaitu orang tuaku<br />
menghendaki agar aku tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi aku<br />
tetap ngotot untuk mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di Makassar.<br />
Karena tidak didukung orang tua, aku terpaksa meminjam uang dari tetangga<br />
sebesar Rp.10.000, buat ongkos mobil ke Makassar dan sisanya buat jajan. Karena<br />
aku tidak punya kenalan di Kota Makassar, maka aku terpaksa bermalam di<br />
terminal bus sambil mencari kenalan agar aku bisa mendapatkan kerja secepatnya.<br />
Kerja apa saja asal halal.<br />
Setelah dua hari aku bergaul dengan orang-orang terminal,<br />
akhirnya ketemu dengan seorang tukang batu yang waktu itu sedang merenovasi<br />
tembok dan ruang tunggu para penumpang. Aku menawarkan diri menjadi buruh pada<br />
tukang tersebut, dan setelah kuceritakan masalahku yang sebenarnya, akhirnya ia<br />
menerima tawaranku itu. Aku ditawarkan gaji Rp.2.000/hari tanpa ditanggung<br />
makan dan penginapan. Aku langsung setuju saja, sebab jika tidak, aku akan mati<br />
kelaparan mengingat uang jajanku telah habis. Namun aku minta agar gajiku dapat<br />
kuterima setiap hari dan tukang itupun setuju.<br />
Setelah lima hari aku bekerja dengan tekun dan bermalam<br />
bersama dengan sopir-sopir bus malam di terminal, aku dikenalkan dengan seorang<br />
pengusaha beras yang kaya oleh salah seorang sopir bus kenalanku di terminal<br />
itu. Malam itu aku diantar ke salah satu rumah besar yang beralamat di Jl. SA.<br />
Aku gemetaran dan nampak kampungan ketika memasuki rumah yang serba mewah itu.<br />
Kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sedang serta 3 mobil<br />
kijang pick up di parkir di depannya. Seorang pembantu laki-laki setengah baya<br />
mempersilakanku masuk duduk di ruang tamu. Tidak lama kemudian seorang kimcil<br />
entah pembantu atau keluarga si pengusaha itu sedang membawa 3 cangkir kopi<br />
beserta kue kering. Kue seperti itu rasanya seringkali aku makan di kampungku.<br />
Setelah kami duduk kurang lebih 2 menit di ruang tamu,<br />
tiba-tiba: “Iyana eddi muaseng elo makkulliah na de’ gaga ongkosona? (Ini<br />
orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?)” tanya seseorang yang<br />
baru saja keluar dari kamarnya dengan perawakan tinggi besar, perut gendut<br />
dengan warna kulit agak hitam. Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang<br />
sehari-hari kugunakan di kampungku. “Iye’ puang. Iyana eddi utihirakki (Yah<br />
betul. Inilah orangnya yang saya antar)” jawab si sopir yang mengantarku itu.<br />
Selama di rumah itu, kami bercakap dengan memakai bahasa<br />
daerah Bugis. Namun, untuk memudahkan dan memperjelas kisahku ini, sebaiknya<br />
kugunakan bahasa Indonesia saja tanpa mengurangi makna percakapan kami, apalagi<br />
bahasa percakapan kami adalah campuran bahasa Indonesia dan Bugis.<br />
“Oh yah, masuk saja dulu makan nak, siapa tahu temanmu itu<br />
belum makan malam” katanya pada si sopir itu sambil mempersilakan kami masuk ke<br />
ruang dapur.<br />
Ayo Nif, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi”<br />
ajakan si sopir itu seolah ia sudah terbiasa di rumah itu.<br />
“Yah.. Terima kasih Pak. Rasanya aku masih kenyang” kataku<br />
pura-pura kenyang meskipun sebenarnya aku sangat lapar karena belum makan<br />
malam.<br />
“Ayo.. Masuklah.. Jangan malu-malu. Tidak ada siapa-siapa di<br />
rumah ini. Biar sedikit saja di makan” kata sopir bersama dengan si pemilik<br />
rumah itu sambil ia berdiri menuntunku masuk ke ruang makan. Ternyata di atas<br />
meja telah tersedia makanan lengkap seolah meja itu tidak pernah kosong dari<br />
makanan.<br />
Setelah kami duduk di depan meja makan, aku menoleh kiri<br />
kanan dalam ruangan itu dan sempat kulihat 3 orang perempuan di rumah itu.<br />
Seorang di antaranya sedang cuci piring. Ia sudah cukup tua, yang jika ditaksir<br />
usianya sekitar 50 tahun ke atas. Sedang yang satunya lagi sedang berbaring di<br />
atas salah satu tempat tidur sambil membaca koran. Bila ditaksir usianya antara<br />
30 sampai 40 tahun. Namun seorang wanita lagi sedang asyik nonton TV sambil<br />
bersandar pada rosban tempat wanita berbaring sambil baca koran tadi. Ia nampak<br />
masih muda. Jika ditaksir usianya sekitar 17 sampai 25 tahun. Nampaknya ia<br />
masih kimcil. Selama kami menyantap makanan di atas meja itu, kami tidak pernah<br />
bicara sama sekali. Namun aku merasa diperhatikan sejak tadi oleh wanita<br />
setenga baya yang sedang baca koran itu. Ia sesekali mengintip aku sambil<br />
memegang korannya. Lebih aneh lagi, setiap kami beradu pandangan, wanita itu<br />
melempar senyum manis.<br />
Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi aku tetap<br />
membalas dengan senyuman tanpa diperhatikan oleh si sopir teman makanku itu.<br />
Kalau bukan karena si sopir itu berhenti duluan makan, aku tidak bakal berhenti<br />
makan dan aku semakin betah duduk berlama-lama di kursi makan itu berkat<br />
lemparan senyum si wanita setengah baya itu.<br />
Setelah kami duduk kembali bersama dengan si sopir itu di<br />
ruang tamu, laki-laki berperawakan besar tadi kembali duduk di depanku dan<br />
berkata,<br />
“Kamu dari daerah mana dan dimana orang tuamu nak?” tanya<br />
laki-laki itu.<br />
“Dari Bone Pak. Orang tuaku tinggal di kampung” jawabku.<br />
“Kamu tinggal di Kota Bone atau desanya?” tanyanya lagi<br />
serius.<br />
“Di kampung jauh dari kota Pak” jawabku lagi.<br />
“Saya sudah dengar permasalahanmu dari sopir ini. Kalau kamu<br />
mau tinggal sama kami, aku siap membiayai kuliahmu jika kamu lulus nanti”<br />
“Terima kasih banyak Pak atas budi baik bapak. Aku bersyukur<br />
sekali bisa bertemu dengan bapak” kataku dengan penuh kesopanan.<br />
“Kebetulan sekali kami juga asli Bugis tapi Bugis Sinjai.<br />
Bahkan istri pertamaku tinggal di Kota Sinjai” lanjutnya terus terang.<br />
“Yah kalau begitu, aku sangat beruntung pergi ke Makassar<br />
ini,” kataku.<br />
Setelah kurang lebih 3 jam kami ngobrol, laki-laki itu<br />
menyuruh kami masuk ke salah satu kamar depan untuk istirahat. Tapi si Sopir<br />
temanku itu malah minta pamit dengan alasan pagi-pagi mau cari penumpang. Aku<br />
mengerti dan laki-laki tadi yang belakangan kuketahui kalau ia adalah majikanku<br />
dan kepala rumah tangga dalam keluarga itu, mengizinkan si sopir tadi pulang ke<br />
terminal. Sebelum majikanku itu berangkat untuk mengurus usahanya pada esok<br />
harinya, sambil menyantap hidangan pagi bersama istrinya yang kemarin kulihat<br />
baca koran dan anak satu-satunya di rumah itu yang kemarin nonton TV di ruang<br />
makan, ia memperkenalkan seluruh anggota keluarga dan pembantunya di rumah itu,<br />
termasuk sopirnya.<br />
Setelah itu ia tunjukkan kamar tidurku dan jelaskan kerjaku<br />
sehari-hari di rumah itu. Aku diminta menjaga rumah dan membantu istri keduanya<br />
ketika ia sedang pergi ke luar kota mengurus perusahaannya. Aku senang sekali<br />
mendengar pekerjaan yang dibebankan padaku, apalagi membantu istrinya yang<br />
kuyakini cukup ramah dan bijaksana. Sejak hari pertama aku sudah cukup akrab<br />
dengan anggota keluarga di rumah itu dan aku mengerjakan seluruh pekerjaan di<br />
rumah itu, termasuk mencuci, memasak dan menyapu sebagaimana layaknya keluarga<br />
atau pembantu umum di rumah itu.<br />
Sikap kami berjalan biasa-biasa saja tanpa ada<br />
keanehan hingga hari kedua belas. Namun pada hari ketiga belas, pikiranku mulai<br />
terganggu ketika majikan laki-lakiku menyampaikan bahwa ia akan pergi ke Sinjai<br />
untuk membeli gabah dan beras untuk beberapa hari. Aku yakin kalau pergaulanku<br />
dengan istri keduanya itu bisa tambah dekat, sebab akhir-akhir ini istrinya itu<br />
sering minta aku membersihkan tempat tidurnya dan berpakaian yang sedikit<br />
kurang sopan di depanku saat suaminya keluar rumah. Aku justru sangat gembira<br />
mendengarnya.<br />
Setelah majikan laki-lakiku itu berangkat bersama sopir<br />
pribadinya sekitar pukul 9.00 pagi, aku kembali melaksanakan tugas hari-hariku<br />
seperti hari-hari sebelumnya yakni mencuci pakaian, piring dan menyapu tempat<br />
tidur majikanku. Pembantu rumah itu sedang menyapu di halaman belakang,<br />
sementara anak kimcil satu-satunya itu sedang ke sekolah.<br />
“Nif, bisa nggak kamu membantu aku seperti suamiku<br />
membantuku setiap malam?” tanya istri keduanya itu ketika aku sedang<br />
membersihkan tempat tidurnya. Aku sangat kaget dan bingung atas permintaannya<br />
itu. Aku tidak segera menjawab karena aku tidak tahu maksudnya dengan jelas.<br />
“Membantu bagaimana yang ibu maksud?” tanyaku penuh ketakutan.<br />
“Memijit kepala dan punggungku sebelum aku tidur, karena<br />
mataku tak bisa tertidur sebelum dipijit” katanya sambil sedikit senyum.<br />
“Kalau soal pijit memijit, kurasa sangat mudah Bu’. Aku<br />
bisa, tapi.. Tapii aapa bapak tidak marah nanti kalai ia tahu Bu?” tanyaku terbata-bata<br />
kalau-kalau ia hanya memancingku.<br />
“Nggak bakal marah kok. Kan kamu sudah jadi kepercayaannya.<br />
Lagi pula kamu diberi tugas menjaga aku selama ia belum pulang” katanya lagi.<br />
Setelah kusetujui permintaannya, ia lalu keluar dan duduk baca koran di ruang<br />
tamu, sedang aku ke halan depan untuk menyapu, lalu istirahat di kamar tidurku.<br />
Setelah makan malam, aku bersama pembantu nonton TV di ruang<br />
makan, sedang ibu majikanku dan anak gadisnya nonton TV di kamarnya<br />
masing-masing. Setelah siaran berita yang kami tonton habis, pembantu itu pergi<br />
tidur di kamarnya yang berdekatan dengan ruang dapur. Sedangkan anak kimcil<br />
majikanku masih terlihat belajar di kamarnya dengan pintu kamar yang terbuka<br />
lebar. Aku kembali teringat dengan perintah ibu majikanku tadi pagi. Aku<br />
bertanya-tanya dalam hati kapan perintah itu harus kulaksanakan, karena ibu<br />
tidak menjelaskan jam berapa dan di mana. Di ruang makan, atau ruang tamu atau<br />
di kamar tidurnya. Aku tunggu saja perintahnya lebih lanjut.<br />
Setelah terdengar pintu kamar anak kimcil majikanku itu<br />
tertutup dan terkunci rapat sebagai tanda ia sudah mau tidur, maka terdengar<br />
pula pintu kamar majikanku terbuka pertanda ia mau keluar dari kamarnya. Aku<br />
pura-pura tidak memperhatikannya. Namun tiba-tiba ibu majikanku itu duduk tidak<br />
jauh di sampingku sambil nonton TV bersamaku.<br />
“Nif, sudah lupa yach permintaanku tadi pagi?” tanyanya<br />
setengah berbisik yang membuat aku kaget dan gemetar.<br />
“Ti.. Tiidak Bu’. Mmaaf Bu’, aku hampir lupa” jawabku<br />
ketakutan.<br />
“Kalau begitu ayolah. Tunggu apa lagi. Khan sudah larut<br />
malam” ajaknya.<br />
“Ta.. Tapi di mana Bu’?” tanyaku singkat.<br />
“Tentu di kamarku donk. Tidak mungkin di sini atau di<br />
kamarmu” jawabnya. Aku sebenarnya sangat takut kalau ada orang lain yang<br />
mencurigai aku. Tapi karena ini adalah perintah majikan, lagi pula semua orang<br />
di rumah itu pada tidur, maka apapun resikonya aku harus jalankan. Ibu<br />
majikanku berjalan dengan pelan seolah takut pula diketahui orang lain dan ia<br />
menuju kamar tidurnya, sementara aku ikut di belakangnya dengan pelan dan<br />
hati-hati pula.<br />
Setelah masuk kamar, ia lalu menutup dan mengunci pintunya<br />
dengan rapat. Lalu ia membuka daster yang dipakainya dan terus telungkup tanpa<br />
memakai baju, melainkan hanya BH dan celana tipis yang agak pendek di badannya.<br />
“Ayo Nif, silakan dipijit kepala dan leherku bagian belakang<br />
lalu punggungku” pintanya seolah tak sabar menunggu lagi. Aku segera duduk di<br />
pinggir tempat tidurnya, lalu secara pelan dan hati-hati menyentuh kepalanya<br />
bagian belakang, terus turun ke leher belakangnya.<br />
Setelah aku mencoba menekan dan mengeraskan sedikit<br />
pijitanku, ibu majikanku itu tiba-tiba bersuara dengan nada sedikit agak<br />
tinggi.<br />
“Wah.. Kenapa tidak pakai minyak gosok Nif. Ambil di kolom<br />
rosban?”<br />
“Yah.. Yah.. Maaf Bu’. Aku tidak melihatnya tadi” kataku<br />
dengan suara agak tinggi pula.<br />
“Jangan terlalu besar suaranya Nif, nanti kedengaran orang”<br />
kata ibu. Setelah ibu majikanku melarangku bersuara agak keras, ia lalu<br />
berbisik.<br />
“Punggungku juga Nif, biar aku bisa tidur nyenyak”.<br />
Menyentuh kepala dan rambut serta lehernya saja, aku sudah cukup terangsang<br />
dibuatnya. Apalagi memijit kulit punggugnya yang setengah telanjang itu. Tapi<br />
karena itu adalah perintah majikan, maka aku segera laksanakanKetika aku<br />
menurunkan kedua tanganku dan menggosok-gosok punggungnya, terasa hangat<br />
sekali. Kulit tubuhnya sangat putih dan halus. Sesekali aku meletakkan tanganku<br />
di bawah ketiaknya dan di pinggir BH warna abu-abu yang dikenakannya.<br />
Kedua tanganku semakin lengket dan lambat gerakannya ketika<br />
ujung jariku sedikit menyelusup di balik pengikat BH dan pinggir atas<br />
celananya. Bahkan sempat tanganku tidak bergerak sejenak ketika konsentrasiku<br />
mulai mengarah ke balik pakaiannya itu.<br />
“Nif, kenapa diam. Ada apa, sehingga kami tidak menggerakkan<br />
tanganmu itu?” tanyanya sambil bergerak dan sedikit berbalik, sehingga aku<br />
sempat melihat sebagian daging empuk yang ada di balik BH-nya itu.<br />
“Ti.. Tidak apa-apa Bu’. Hanya takut?” jawabku dengan nafas<br />
terputus.<br />
“Takut sama siapa? Khan tidak ada orang lain di sini. Capek<br />
yaah?” Setelah berkata begitu, ibu majikanku tiba-tiba berbalik arah sehingga<br />
ia telentang di depanku. Terpaksa kedua tanganku menyentuh tonjolan BH-nya<br />
tanpa sengaja. Ia hanya sedikit tersenyum dan berkata,<br />
“Tidak keberatan khan jika kamu juga mengurut perutku, biar<br />
tubuhku lebih segar lagi. Ayolah Nif..” katanya sambil meraih kedua tanganku<br />
dan meletakkannya di atas pusarnya. Jantungku terasa hampir copot ketika ibu<br />
majikanku itu mengangkat BH-nya sehingga bukit kembarnya nampak jelas menantang<br />
di bawah kedua batang hidungku. Aku tak mampu bersuara dan mengatur nafas,<br />
bahkan aku sedikit malu menatapnya, tapi,<br />
“Jangan takut dan<br />
malu Nif. Ini adalah rezkimu, kesempatanmu dan kamu pasti menginginkannya”<br />
katanya ketika aku mulai agak menghindar.<br />
“Bba.. Bagaimana ini Bu’. Kek.. Kenapa bisa bbeggini?”<br />
tanyaku penuh ketakutan dan nafasku sulit lagi kuatur. Sebagai laki-laki normal<br />
yang hanya pernah mendengar dalam cerita, tentu aku tidak mampu menolak dan<br />
menyia-nyiakan kesempatan ini. Kenyataan inilah yang harus kualami, apalagi ini<br />
adalah perintah majikan.<br />
Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua<br />
tanganku di atas bukit kembar itu. Mula-mula hanya kusentuh, kuraba dan<br />
kuelus-elus saja, tapi lama kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk<br />
memegang dan menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda<br />
kenyal dan hangat, apalagi milik majikanku. Ibu majikanku kelihatan juga<br />
menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak teratur. Desiran<br />
mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di depanku.<br />
“Auhh.. Terus Nif, nikmat sayang. Tekan, ayo.. Teruuss..<br />
Aakhh.. Isap Nif.. Jilat donk..” itulah erangan ibu majikanku sambil meraih<br />
kepalaku dan membawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak terlalu<br />
besar itu. Aku tentu saja tidak menolaknya, bahkan sangat berkeinginan<br />
menikmati pengalaman pertama dalam hidupku ini. Aku segera menjilat-jilat<br />
putingnya, mengisap dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya<br />
dengan kedua tanganku. Aku tidak tahu kapan ia membuka celananya, tapi yang jelas<br />
ketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan mengangkat kepala,<br />
tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di<br />
badannya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="825" data-original-width="550" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOnv2z0f_dTVWRqMbI-IfgzAxs8Ez_S_bqYgOLFvTNB2d0sa5je_UzKBY4xmCIf2ImyHUL3kG7v1quoXuC1xbyYCyopbvoTcRy1zTSCdEKA-8PkIEuZkT73j_SPJyi0_RpyvaHZUWFXCZD/s400/33f8b2fa4796f214efa05afbccc45982.jpg" width="266" /></a></div>
Ayo Nif, kamu tentu tahu apa yang harus kamu perbuat<br />
setelah aku bugil begini. Yah khan?” pintanya sambil meraih kedua tanganku dan<br />
membawanya ke selangkangannya. Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. Aku<br />
mengelus-elus bulu-bulu yang tumbuh agak tipis di atas kedua bibir lubang<br />
kemaluannya yang sedikit mulai basah itu. Aku rasanya tak ingin memindahkan<br />
mulutku dari bukit kenyalnya itu, tapi karena ia menarik kepalaku turun ke<br />
selangkangannya di mana tanganku bermain-main itu, maka aku dengan senang hati<br />
menurutinya. Agen BandarQ<br />
“Cium donk. Jilat sayang. Kamu nggak jijik khan?” tanyanya.<br />
“Nggak Bu’” jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa<br />
sedikit jijik karena belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku pernah<br />
dengar cerita dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang Barat kesukaannya<br />
menjilat dan mengisap cairan kemaluan wanita, sehingga akupun ingin mencobanya.<br />
Ternyata benar, kemaluan wanita itu harum dan semakin lama<br />
semakin merangsang. Entah perasaan itu juga bisa di temukan pada wanita lain<br />
atau hanya pada ibu majikanku karena ia merawat dan menyemprot farfum pada<br />
vaginanya. Pinggul ibu majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat<br />
goyangannya, bahkan nafasnya semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar hantu.<br />
Kali ini aku beriNifiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu<br />
menatap sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak kecoklatan<br />
yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan mungil sekali. Aku<br />
coba memasukkan lidahku lebih dalam dan menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke<br />
kanan, lalu ke atas dan ke bawah. Pinggul ibu majikanku itu semakin tinggi terangkat<br />
dan gerakannya semakin cepat. Aku tidak mampu lagi mengendalikan gejolak<br />
nafsuku. Ingin rasanya aku segera menancapkan penisku yang mulai basah ke<br />
lubangnya yang sejak tadi basah pula. Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga<br />
aku terpaksa menahan sampai ada sinyal dari dia.<br />
“Berhenti sebentar Nif, akan kutunjukkan sesuatu”<br />
perintahnya sambil mendorong kepalaku. Lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya<br />
sambil berpegangan pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia segera<br />
membuka kancing bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari tubuhku. Ibu<br />
majikanku itu segera merangkul punggungku dan menjilati seluruh tubuhku yang<br />
telanjang. Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku sampi ke pusarku,<br />
ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi sehingga membuatku merasa<br />
geli dan semakin terangsang.<br />
“Nif, aku sekalian buka semuanya yach,” pintanya sambil<br />
melepaskan sarung dan celana dalamku. Aku hanya mengangguk dan mebiarkannya<br />
menjamah seluruh tubuhku sesuai keinginannya.<br />
Setelah aku bugil seperti dirinya, ia lalu meraih tongkatku<br />
yang sejak tadi berdiri dengan kerasnya di depannya, lalu dengan cepat<br />
memasukkan ke mulutnya. Sikap dan tindakan ibu majikanku itu membuat aku<br />
melupakan segalanya, baik masalah keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku<br />
maupun status dan hubunganku dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah<br />
bagaimana menikmati seluruh tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang<br />
kemaluannya dengan tongkatku yang sangat tegang itu.<br />
“Bagaimana Nif,? Enak yach?” tanyanya ketika ia berhenti sejenak<br />
menjilat dan memompa tongkatku dengan mulutnya. Lagi-lagi aku hanya mampu<br />
mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan menggelomoh penisku<br />
dengan lahapnya bagaikan anjing makan tulang.<br />
“Aduhh.. Akhh.. Uuhh..” suara itulah yang mampu kukeluarkan<br />
dari mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.<br />
“Ayo Nif, cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak<br />
mampu menahan nafsuku lagi sayang,” pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke<br />
kasur dan tidur telentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk<br />
memudahkan penisku masuk ke kemaluannya. Aku tak berpikir apa-apa lagi dan tak<br />
mengambil tindakan lain kecuali segera mengangkangi pinggulnya, lalu secara<br />
perlahan menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vaginya yang menganga lagi basah<br />
kuyup itu. Senti demi senti tanpa sedikitpun kesulitan, penisku menyerobot<br />
masuk hingga amblas seluruhnya ke lubang kenikmatan ibu majikanku itu.<br />
Mula-mula aku gocok, tarik dan dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin<br />
lama semakin kupercepat gerakannya, sehingga menimbulkan suara aneh seiring<br />
dengan gerakan pinggul kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama. Plag..<br />
Pligg.. Plogg, decak.. decikk.. decukk. Bunyi itulah yang terdengar dari<br />
peraduan antara penisku dan lubang vagina ibu majikanku yang diiringi dengan<br />
nafas kami yang terputus-putus, tidak teratur dan seolah saling kejar di<br />
keheningan malam itu.<br />
Aku yakin tak seorangpun mendengarnya karena semua orang di<br />
rumah itu pada tidur nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit<br />
berjauhan dengan kamar lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul<br />
11.00-12.00 malam.<br />
“Bu’, Bu’, aku ma, mau.. Kk” belum aku selesai berbisik di<br />
telinganya, ibu majikanku tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata,<br />
“Tunggu dulu. Tahan sebentar sayang” katanya sambil memutar<br />
tubuhku sehingga aku terpaksa berada di bawahnya. Ternyata ia mau mengubah<br />
posisi dan mau mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke<br />
lubangnya, ia lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan<br />
pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai<br />
gerakan kami malam itu. Decik.. Decakk.. Decukk. Setelah beberapa menit<br />
kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti orang yang naik kuda, ia<br />
nampaknya kecapean sehingga seluruh badannya menindih badanku dengan<br />
menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku. Aku kembali merasakan desakan cairan<br />
hangat dari batang kemaluanku seolah mau keluar. Aku merangkul punggung ibu<br />
majikanku dengan erat sekali.<br />
“Akk.. aakuu tak mampu menahan lagi Bu’. Aku keluarkan saja<br />
Bu’ yah” pintaku ketika cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan<br />
tiba-tiba ibu majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan badannya di<br />
sampingku sambil telentang, lalu meraih kemaluanku dan menggocoknya dengan<br />
keras serta mengarahkannya ke atas payudaranya. Cairan hangat yang sejak tadi<br />
mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan payudara ibu majikanku. Iapun<br />
seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya terdengar panjang sekali dan ia<br />
seolah sangat lega.<br />
Tindakan ibu majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan<br />
terencana. Ia mampu menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman dalam<br />
masalah sex. Terbukti ketika spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah<br />
tahu dan langsung dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa maksudnya,<br />
tapi kelihatannya ia cukup menikmati.<br />
“Nif, anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin<br />
kamu belum pernah menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?” katanya<br />
seolah sangat puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi tidur<br />
telentang. Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan mengisap-isap<br />
bibirku, lalu berkata,<br />
“Terima kasih yah Nif atas bantuanmu mau memijit tubuhku.<br />
Mulai malam ini, Kamu kujadikan suami keduaku, tapi tugasmu hanya menyenangkan<br />
aku ketika suamiku tidak ada di rumah. Mau khan?” katanya berbisik.<br />
“Yah, Bu’. Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu<br />
atas budi baiknya mau menolongku. Terima kasih banyak juga Bu’” jawabku penuh<br />
bahagia, bahkan rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku malu<br />
mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.<br />
Sejak saat itu, setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar<br />
kota, aku dan ibu majikanku seperti layaknya suami istri, meskipun hanya<br />
berlaku antara jam 21.00 sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, kami<br />
seolah mempunyai hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu. Aku sangat<br />
disayangi oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku rajin dan patuh<br />
terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku diperlakukan layaknya anak<br />
atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku dibiayai dalam mengikuti pendidikan<br />
pada salah satu perguruan tinggi swasta di kota Makassar, bahkan aku diberikan<br />
sebuah kendaraan roda dua untuk urusan sehari-hariku.<br />
Sayang aku dikeluarkan dari perguruan tinggi itu pada<br />
semester 3 disebabkan aku tidak lulus pada beberapa mata kuliah akibat<br />
kemalasanku belajar dan masuk kuliah. Karena aku sangat malu dan berat pada<br />
majikan laki-lakiku atas segala pengorbanan yang diberikan padaku selama ini,<br />
terpaksa aku meninggalkan rumah itu tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota<br />
Bone untuk melanjutkan pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang ada<br />
di kotaku tersebut. Untung aku punya sedikit tabungan, karena selama kurang<br />
lebih 2 tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung setiap diberikan<br />
uang oleh majikanku. Selama 4 tahun mengikuti kuliah di kotaku ini, akhirnya<br />
aku lulus dengan predikat baik berkat ketekunan dan kerajinanku belajar.<br />
Sejak aku selesaikan pendidikan tahun 1991 hingga tahun<br />
1994, aku belum pernah kembali ke kampung asliku dan berkumpul bersama keluarga<br />
karena malu dan takut pada orangtua. Namun pada Sepetember 1995, pikiranku<br />
mulai terpengaruh kembali oleh wanita, bahkan beberapa kali aku ingin menikmati<br />
apa yang pernah kunikmati bersama dengan ibu majikanku dulu, tapi aku takut<br />
resiko dan dosa. Karena aku merasa sudah punya biaya dan matang untuk berumah<br />
tangga, akhirnya kuputuskan untuk kembali kampung membicarakan dengan orang<br />
tuaku.<br />
Orangtuaku sangat bangga dan bersyukur serta berterima kasih<br />
atas keberhasilanku memperoleh sarjana sekaligus merestui niatku untuk berumah<br />
tangga, bahkan menyerahkan penuh padaku untuk memilih pasangan sendiri. Tahun<br />
itupula aku kawin dengan pilihanku sendiri, biaya dan urusannya tidak<br />
kubebankan orangtuaku. Sejak tahun itu sampai tahun ini, hubunganku dengan<br />
istri berjalan harmonis, bahkan kami telah dikaruniai 2 orang putra dan seorang<br />
putri. Tapi gara-gara kehilangan pekerjaan, kami seringkali cekcok dan bentrok<br />
dengan istri. Akhirnya kuputuskan meninggalkan rumah dan pergi ke salah satu<br />
kota di Sulsel untuk mencari pekerjaan. Tiba-tiba aku ketemu dengan teman<br />
kuliah yang sudah menjadi pengusaha besar dan lagi-lagi pengusaha beras.<br />
Anehnya lagi, temanku itu tinggal bersama istri keduanya, sebab istri pertamanya<br />
tinggal di kota Bone. Tawaran temanku itu hampir sama dengan tawaran majikanku<br />
dulu yakni menjaga keluarganya dan membantu mengurus usahanya ketika ia ke luar<br />
kota. Pikiranku mulai aneh-aneh dan ingin kembali mengulang sejarah masa lalu,<br />
apalagi istri temanku itu belum dikarunia seorang anak dan ia cantik lagi ramah<br />
padaku.<br /><br /><br /><br /><span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6231164347136237812.post-42229921037149253012018-08-14T11:27:00.000-07:002018-11-24T10:39:27.940-08:00Kumpulan Cerita Sex Sedarah Kecanduan Ngentot Dengan Adik Sendiri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="258" data-original-width="196" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje6v8FRxDcgQjjL8iHTp_hm28ov4dDZt0lUo2JlwHPEXdI5y3nmZinPzKTWN69mlDhkzwMh7_xyR87i82bP69i1xJcXYeqRTHVRF0ExMGqbdZvWX5wyuCD5ngEY9DDqcJKPlxHG2GUboxV/s640/images+%252831%2529.jpg" width="486" /></a></div>
<b><span style="color: red;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Kumpulan Cerita Sex 2018</a> -</span></b> Nama Gw dian, gw mahasiswi ekonomi Universitas Pajajaran. Semenjak
dua tahun yang lalu, saat diterima kuliah di Universitas Pajajaran, Gw
tinggal di Bandung. Gw berasal dari Sukabumi, ayah gw berasal dari
Bandung, sedangkan ibu gw asli Sukabumi. Mereka tinggal di Sukabumi.
Cerita Sex Sedarah ini menceritakan kisahku yang terjadi saat Gw kelas 1
SMU di waktu Gw masih tingal di Sukabumi dan cerita dewasa ini masih
terus berlanjut sampai detik ini!gw terus kecanduan ngentot ama adik
kandung gw sendiri<br />
Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara.
Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda
1 tahun dengan adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun.
Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy
dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku
yang tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.<br />
Waktu
kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk
Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw
masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu,
Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang
asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa
keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai
akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen
pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat
kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari
menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci.<br />
hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi<br />
Iyaaaaaaa..! Wait..! ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.<br />
Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa.<br />
aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.<br />
kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya.<br />
Ada apa sih kak? katanya.<br />
Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena
sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka
celana dalamku.<br />
criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.<br />
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.<br />
Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.<br />
Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw.<br />
Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi
sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw.<br />
hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati.<br />
Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi
mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke
mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yang lagi mekar sedang
pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat
selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih
belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk.
Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan
kulupnya masih menutupi helm penisnya.<br />
Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati.<br />
o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw.<br />
Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.<br />
Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.<br />
Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku.<br />
Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.<br />
Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.<br />
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.<br />
Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati.<br />
Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok
dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana
dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru
kukembalikan handuknya.<br />
Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku.<br />
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi.<br />
Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku.<br />
Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu
dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut
adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh
sialan, dia memang memperhatikan Gw yang tanpa celana.<br />
kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.<br />
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw.<br />
Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzzz..! katanya.<br />
Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.<br />
Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!<br />
kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.<br />
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.<br />
Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia.<br />
Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga
sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa
nggak..? kata Gw sambil mencibir.<br />
Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi.<br />
Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.<br />
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.<br />
Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.<br />
Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu†ujarku<br />
Sialan
nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw
mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat
penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit.
Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan
panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur
tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di
antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan
main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu
perlahan muncul.<br />
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan
kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya
kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke
adikku.<br />
Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum.<br />
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu.<br />
Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan.<br />
Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen
tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw,
kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw.<br />
ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri,
tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di
memek!hihihii…<br />
Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.<br />
Tangan
adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya.
Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya
lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya
tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir
vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf
vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan,
vagina Gw mengeluarkan cairan.<br />
Hihihi.. kakak terangsang ya..?<br />
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar.<br />
Ini basah banget apaan Kak..?<br />
Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya.<br />
Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..?<br />
Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi
itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di
situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.<br />
Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya.<br />
Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau.<br />
Dikit aja Kak… Please..!<br />
Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…<br />
Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam.<br />
uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya
nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu
tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi.<br />
Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw.<br />
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bit.ly/2DjCytF"><img border="0" data-original-height="258" data-original-width="195" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJFJYpZR1dOsIHOn_8Kd9o5lPSgGND6-Kd1lmK3F6Rtz0b27CLyJ4WNYwxuG3GThgJwknwKy5GZNOcqcvCTOp5tT6xHUJuFZHWi-4zwaibOqzJZPpoLzH7zmtK_OL7sH6BqmAwYNg-FLLV/s400/download+%25284%2529.jpg" width="302" /></a></div>
Enak ya kak..?<br />
Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.<br />
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh
oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan
ini akan tersentak ke depan.<br />
kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!<br />
Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.<br />
Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah  kontolnya.<br />
Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan
tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan
ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di
penisnya, dengan mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok
penisnya.<br />
Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan
saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu
tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.<br />
Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!<br />
hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.<br />
Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan
memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang
penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk
menggesekkan penisnya dengan vagina Gw.<br />
ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.<br />
Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah
tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya
menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw.<br />
Iya Kak..!<br />
Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan
satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.<br />
Gw
terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya
ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa.
Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu.
Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami
orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di
dalam tubuh berkontraksi.<br />
ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak.<br />
Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat
tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong
sampai ke tembok.<br />
Ouughhh..! katanya.<br />
Pantatnya ditekannya lama
sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke
depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.<br />
Lama kami
terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw.
Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali,
basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama
sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya.<br />
Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.<br />
Wahh..! Gila adik ya..!<br />
Udah.., ikutin aja..! katanya lagi.<br />
Gw
pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan
tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan
pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari
belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina
Gw dari belakang.<br />
uhhhhhh..! %@!#$&tt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw.<br />
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih
kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudara
Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit
ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan
sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk
waktu yang cukup lama.<br />
Setelah kejadian itu, kami jadi sering
melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua
sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan
pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam,
kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar
gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan
menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan.<br />
Kini setelah
Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau
bukan Gw yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk
menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan
sperma yang dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Beginilah cerita
sex sedarah yang kami lakukan sampai sekarang! Terus terang gw kecanduan
ngentot ama adik gw! END<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><a href="http://bit.ly/2DjCytF">Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,</a></span>riskaisabellahttp://www.blogger.com/profile/10966692292234891163noreply@blogger.com0